REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam beberapa tahun terakhir, ada semakin banyak studi yang menyoroti hubungan antara bakteri di dalam usus dengan kanker, seperti meningkatkan risiko kanker usus hingga mempengaruhi keparahan efek samping kemoterapi. Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa bakteri usus juga turut mempengaruhi perjalanan penyakit kanker prostat.
"Pengaruh mikrobioma usus pada kanker merupakan area baru yang memukau dalam sains yang baru mulai kita pahami," ujar Kristian Helin dari Institute of Cancer Research di London, seperti dilansir New Atlas, Jumat (8/10).
Studi terbaru ini menyoroti sebuah terapi kanker prostat yang umum bernama androgen deprivation therapy (ADT). Androgen dikenal sebagai hormon laki-laki. Sel-sel kanker pada prostat membutuhkan hormon ini untuk bertumbuh. Oleh karena itu upaya menurunkan androgen dapat memperlambat pertumbuhan penyakit, dan dalam beberapa kasus bahkan bisa mengecilkan tumor pada kanker prostat.
Dalam beberapa percobaan terhadap tikus studi ini juga berhasil mengungkapkan bagaimana bakteri usus bisa memproduksi hormon androgen yang dapat mendorong pertumbuhan kanker prostat. Menurut studi-studi terhadap hewan, beberapa jenis bakteri tertentu akan merespon penurunan ADT dengan memproduksi metabolit yang mirip. Hal ini turut berdampak pada menjadi tidak efektifnya terapi hormonal tersebut.
Peneliti lalu memeriksa dua kelompok pasien kanker prostat, di mana salah satu kelompok berisi pasien kanker prostat resisten hormon dan kelompok lainnya berisi pasien kanker prostat yang responsif terhadal ADT.
Ketika sampel feses dari pasien kanker prostat yang resisten hormon ditransplantasikan pada tikus dengan kanker prostat, pertumbuhan tumor pada tikus tersebut menjadi resisten terhadap terapi hormon dan dapat bertumbuh semakin.
"Temuan menarik ini merupakan temuan pertama yang mengungkapkan sebuah mekanisme di mana mikroba usus dapat mendorong pertumbuhan kanker prostat dan resistensi terhadap terapi hormon," ungkap peneliti.
Saat membandingkan profil di antara kedua kelompok partisipan, peneliti juga berhasil mendapatkan temuan menarik. Berdasarkan perbandingan ini, kelompok partisipan yang berisi pasien kanker prostat resisten hormon memiliki kadar bakteri Ruminococcus yang lebih tinggi. Pada kelompok lain yang terdiri dari pasien kanker prostat yang merespon baik ADT, terdapat bakteri Prevotella stercorea yang lebih tinggi.
Peneliti Johann de Bono mengatakan temuan ini menunjukkan bahwa keberadaan dan perkembangan bakteri usus tertentu dapat memberi tanda kepada dokter mengenai terapi yang optimal untuk pasien kanker prostat. Langkah selanjutnya yang perlu dilakukan peneliti adalah mengeksplorasi lebih jauh mengenai bagaimana cara mengaplikasikan tanda ini pada pasien.
"Dengan tujuan merancang tes untuk mengetahui laki-laki mana yang akan mendapatkan manfaat dari terapi transplantasi feses, terapi antibiotik, atau strategi-strategi lain untuk memanipulasi mikrobioma," jelas Bono.
Sejumlah terapi juga berpotensi dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil pengobatan dengan ADT berdasarkan temuan terbaru ini. Peneliti menilai antibiotik dapat digunakan untuk menurunkan populasi bakteri usus yang memproduksi androgen secara sementara. Akan tetapi, de Bono menilai opsi yang pokok untuk dilakukan adalah pemberian probiotik atau transplantasi feses yang menyertai ADT untuk melawan spesies bakteri yang bermasalah.
"Dalam jangka panjang, tujuan kami adalah memproduksi 'yoghurt' yang diperkaya dengan bakteri menguntungkan untuk mencegah resistensi terhadap terapi," pungkas Bono.