Sabtu 09 Oct 2021 22:12 WIB

4 Mitos Tidur yang Perlu Diketahui

Mitos terkait tidur terkadang lahir ketika seseorang mencari solusi tidur nyenyak.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Nora Azizah
Mitos terkait tidur terkadang lahir ketika seseorang mencari solusi tidur nyenyak.
Foto: Pixabay
Mitos terkait tidur terkadang lahir ketika seseorang mencari solusi tidur nyenyak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak ahli menyarankan setiap orang harus tidur delapan jam setiap hari. Bahkan National Sleep Foundation merekomendasikan jam tidur antara tujuh hingga sembilan jam per hari.

Namun, jam tidur bagi setiap orang umumnya berbeda dan bergantung pada sejumlah faktor. Misalnya, faktor usia hingga genetik terkadang menjadi salah satu pertimbangan kebutuhan tidur seseorang.

Baca Juga

Terkait kebutuhan tidur, ada sejumlah mitos yang kian berkembang. Misalnya, solusi untuk tidur nyenyak hingga kualitas tidur sering kali melahirkn mitos.

"Mitos tidur berkembang ketika orang mencari solusi untuk tidur, tetapi tidak ada hal seperti itu," kata Ahli Tidur Joshua Tal, PhD, dilansir dari well and good, Sabtu (9/10).

Berikut beberapa mitos tidur yang setidaknya sudah lama berkembang.

Delapan jam tidur

Pakar tidur Neil Stanley, PhD, yang juga penulis How to Sleep Well, mengatakan, tidak ada aturan baku terkait jumlah jam tidur. Semua bergantung pada kebutuhan masing-masing individu.

Stanley mengungkapkan, semua orang memiliki kebutuhan tidur yang berbeda. Namun, semua orang wajib memenuhi kebutuhan tidurnya.

"Jumlah jam tidur mempengaruhi seseorang untuk beraktivitas," kata Stanley.

 

Tak ada istilah tidur berlebihan

National Sleep Foundation menyebutkan, tidur berlebihan secara umum didefinisikan sebagai tidur yang lebih dari sembilan jam dalam rentang waktu 24 jam. Namun, tidur berlebihan tidak baik untuk kesehatan. Tidur berlebihan bisa mengurangi rasa lapar, mengganggu jam tidur, hingga meningkatkan kecemasan.

Bagi sebagian orang, tidur berlebihan pada dasarnya bisa menjad indikasi suatu kondisi. Misalnya, seseorang yang kecanduan alkohol atau obat-obata, hingga sleep apnea, biasanya akan tidur berlebihan. 

 

Melewatkan jam tidur, menggantinya di akhir pekan

Banyak orang menerapkan waktu tidur yang terlewat karena aktivitas bisa digantikan di akhir pekan saat libur. Faktanya, tidur panjang di akhir pekan tidak selalu baik sebagai pengganti waktu tidur yang hilang.

"Menerapkan ini justru bisa menambah masalah terkait gangguan tidur hingga kelelahan," ujar Stanley.

Stanley menyarankan, apabila tubuh merasa lelah, sebaiknya tidurlah sebentar untuk mengganti jam tidur yang berkurang di hari yang sama. Hal ini lebih baik daripada mengejar jam tidur di akhi pekan.

 

Mendengkur bukan berarti tidur nyenyak

Banyak orang menyebutkan, tidur mendengkur menandakan nyenyak atau terlelap. Faktanya, mendengkur bisa menjadi salah satu tanda masalah kesehatan.

"Mendengkur yang keras dan sering dengan jeda pernapasan yang teratur disebut sleep apnea, gangguan tidur serius yang harus diobati," jelas Stanley.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement