Oleh : Ichsan Emrald Alamsyah, jurnalis Republika.co.id
REPUBLIKA.CO.ID, Apa yang muncul dalam benak anda ketika mendengar Film G30S/PKI? Bagi generasi Z, terutama yang lahir setelah tahun 1997, mungkin tidak bermakna apapun, atau malah menimbulkan rasa ingin tahu. Namun bagi yang menikmati masa kecil dan remaja di medio tahun 1980-an akhir hingga era-era menjelang Reformasi pasti tahu benar detail-detail film Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI. Apalagi ketika itu, seperti ada aturan tidak tertulis untuk menyaksikan Film yang diG30S/PKI.
Setiap detail film, walau penulis tidak pernah menuntaskan film berdurasi total 4,5 jam tersebut, masih amat membekas dalam pikiran. Bagaimana awal film dilengkapi dengan bara api, penyerangan sekelompok orang menggunakan arit ke masjid yang kemudian dikenal dengan Peristiwa Kanigoro di Kediri hingga backsound yang berulang-ulang menimbulkan kengerian. Presiden Sukarno, yang disebagian buku sejarah digambarkan gagah berwibawa, tampak terlihat sakit dan menua sementara Mayor Jenderal Soeharto tampak cermat dan tenang dikala negara dalam kondisi gawat. Tak lupa, para tokoh PKI yang dalam film ini digambarkan sebagai sosok antagonis, merupakan para perokok berat dan hobi minum kopi.
Bagi penulis secara pribadi film ini tidak hanya sekadar film dokudrama atau pendidikan seperti yang dicita-citakan sang sutradara Arifin C Noer. Akan tetapi lebih juga film thriller yang keesokan harinya bisa menjadi bahan obrolan dengan teman sekolah sebangku.
Hingga kemudian film yang selalu diputar setiap malam 30 September itu akhirnya berhenti ditayangkan TVRI di awal reformasi tepatnya tahun 1998. Walau begitu gaungnya terus menghantui, tidak hanya sebagai tema diskusi namun juga ajang perdebatan jelang 30 September.
Pada tahun 2017 misalnya, Gatot Nurmantyo yang ketika itu masih menjabat Panglima TNI menginstruksikan seluruh TNI nonton film G30S/PKI. Uniknya, Presiden Joko Widodo ketika itu sempat ikut menyaksikan film tersebut.
Sementara tahun ini, film G30S ini kembali menjadi bahan perbincangan. Umumnya yang pro secara terang-terangan menginstruksikan berbagai pihak untuk menyaksikan G30 S PKI. Sedangkan yang menolak, tampaknya masih malu-malu menyuarakan pendapat. Mereka, yang mengaku menolak, lebih memilih memasang spanduk penolakan tanpa pernah mengaku siapa yang membuat.
Walau begitu tampaknya mayoritas masyarakat ingin kembali menyaksikan Film G30S/PKI. Hal ini tercermin dari survei lembaga Media Survei Nasional (Median).