REPUBLIKA.CO.ID, Sebelum matahari pergi di balik bukit pada awal Oktober, Alfa Hikinda meyeduh kopi arabika dengan cara manual ala barista, V60. Nutty seperti aroma kacang, menyeruak saat mencecap seruput pertama dari cangkir kaca. Aroma lain menyusul kemudian, fruitty dan cokelat pada bagian akhir jelang seduhan tertelan ke tenggorokan.
"Kalau saya menilai, kopi itu satu hal yang ajaib," ujar Alfa ditemui dalam gelaran Festival PON Kopi Papua di Taman Mesra, Kota Jayapura, yang turut memeriahkan penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua pada 2-15 Oktober 2021.
Melalui kopi, Alfa mampu mengenali karakteristik orang yang berbeda-beda. Dan karena kopi, pria 34 tahun itu ingin berbuat banyak bagi orang-orang di sekitarnya.
Pertama kali mendirikan usaha Rumah Kopi Jalan Proyek (RKJP) Waena, Alfa berpikir, untuk membuat usaha yang bisa mengantarkan semua orang menikmati kopi tanpa harus merogoh kocek lebih dalam. Adalah kopi yang memaksa Alfa belajar butiran demi butiran, serta kenikmatan menyesapnya.
Dia juga membuat komunitas dengan lebih dari 40 anggota. Komunitas Kopi Numbay namanya. Dari sana, Alfa melakukan edukasi apa-apa saja perihal kopi. Selanjutnya,
"kami juga saling support dalam kedai, baik itu barista maupun roastery. Kami menjadi penghubung antara teman-teman yang lain," kata dia.
"Teman-teman yang belum bergabung kami ajak juga, supaya kami saling menopang, supaya dunia per-kopian ini bukan hanya di Jayapura saja. Tapi, di daerah lain semua juga ikut merasakan hal-hal yang kami bangun dari komunitas ini," ujarnya.
Demi berbuat baik lewat komunitas, Alfa merasa perlu mendalami kopi dengan mengambil kursus. Ilmu dari kursus itu kemudian dia bagikan kepada rekan-rekannya.
Baca juga : Trik Menghadapi Anak Picky Eater
"Kami tahu kelas barista itu sangat mahal," ujar Alfa, yang bersama saudaranya membuka kelas untuk mengajar anak-anak putus sekolah untuk menjadi barista.
Upaya itu semata-mata dilakukan agar mereka dapat mandiri dengan berwirausaha. Alfa pun sadar mimpinya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Maka, dia cari sponsor yang berkenan mendukung kelas barista itu.
"Sehingga beberapa saudara-saudara kami yang hidup di jalan karena pengaruh miras, supaya punya usaha dan meninggalkan hal-hal yang buruk. Itu tujuan kami membentuk satu kelas barista," kata Alfa.
Hingga pertengahan 2021, Alfa selesai mendidik lebih dari 50 siswa. Pada kelas terbarunya, Alfa dan komunitasnya menuntaskan kursus di balai latihan kerja untuk pengusaha muda kopi.
Selain membuat kelas pengolahan kopi, Alfa dan teman-temannya juga memberikan pelatihan kepada para petani kopi di Papua agar kualitas produk mereka meningkat. Kopi yang dipilih RKJP sebagai sumber olahan adalah kopi asal Kabupaten Pegunungan Bintang.
Alasannya, kabupaten yang terletak di deretan Pegunungan Jayawijaya itu punya ketinggian 400-4.000 meter di atas permukaan laut. Wilayahnya pun 90 persen dataran tinggi.
Menurut Alfa, kopi Papua mulai diminati banyak konsumen, tapi justru di Jayapura terbilang sedikit kedai yang menggunakan kopi asli Papua."Karena belum banyak yang mengelola secara baik. Kami mulai memperbaiki supaya jumlah yang diproduksi banyak. Kebanyakan dari luar (Papua) mintanya itu berton-ton, sedangkan kami untuk para petani sangat kewalahan hal itu," katanya.
Komunitas itu berusaha keras kualitas dan produksi kopi Papua meningkat sehingga keajaiban kopi dirasakan pula olleh para petani. Ujungnya, taraf hidup para petani bisa terangkat.