Jumat 15 Oct 2021 02:11 WIB

Film Horor Terbaik Berlatar Gedung Pencakar Langit

Film Devil yang ditulis oleh M Night Shyamalan cukup berhasil.

Rep: Santi Sopia/ Red: Qommarria Rostanti
Film Attack the Block.
Foto: Optimum Releasing
Film Attack the Block.

REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Hunian angker tak selamanya jadi tempat paling sempurna untuk syuting film horor. Rupanya, gedung-gedung pencakar langit juga menjadi latar tempat terbaik bagi film horor.

Adegan menegangkan bisa diambil di koridor yang berkelok-kelok, lift menakutkan, ataupun memanfaatkan ketinggian bangunan secara keseluruhan. Bagi sebagian orang, gedung pencakar langit bisa menjadi contoh epik dan indah dari arsitektur serta teknologi modern. Namun, bagi yang lainnya, itu juga dapat menimbulkan kecemasan, paranoia, dan ketakutan. 

Jadi, tidak heran mengapa gedung pencakar langit menjadi latar yang sangat baik untuk film horor. Penonton sudah siap menghadapi teror bahkan sebelum cerita dimulai. 

Hal yang perlu dilakukan pembuat film hanyalah memanfaatkan ketakutan tersebut untuk membuat beberapa film benar-benar menegangkan. Berikut lima film berlatar pencakar langit, dilansir di Screen Rant, Kamis (14/10):

1. Devil (2010)

photo
Film Devil. - (Universal Pictures)

 

Meskipun film-film M Night Shyamalan terpolarisasi, sang sineas membuat film horor ini seperti Old dan The Visit. Pada akhir 2000-an, Shyamalan memiliki serangkaian film yang kurang diterima seperti Lady in the Water, The Happening, dan The Last Airbender

Namun beruntung, Devil yang ditulis dan diproduksi oleh Shyamalan sendiri, cukup berhasil dan sekali lagi menunjukkan kualitas dirinya. Dalam film tersebut, sekelompok orang asing terjebak dalam lift dan satu per satu mulai mati secara misterius. Devil menciptakan sebuah cerita di satu ruang yang sangat terbatas dan kecil, sehingga itu menyelamatkan reputasi Shyamalan. 

2. Shivers (1975) 

photo
Film Shivers. - ( Cinépix Film Properties Inc.)

 

Disutradarai oleh master film, David Cronenberg, film Shivers mengambil tempat di sebuah apartemen bertingkat tinggi di Montreal. Dalam film tersebut, parasit telah dilepaskan ke dalam apartemen sehingga menyebabkan manusia mengikuti hasrat seksual mereka. Parasit menggunakan seks untuk menyebarkan dirinya ke inang baru.

3. Attack the Block (2011) 

photo
Film Attack the Block. - (Optimum Releasing)

 

Dalam film ini, sekelompok preman di London Selatan tiba-tiba diserang oleh alien penyerbu. "Block" di sana mengacu pada menara apartemen, di mana kelompok tersebut mencari perlindungan di salah satu blok yang menjulang tinggi.

Film ini juga terbukti menjadi peran terobosan untuk bintang Star Wars masa depan, John Boyega. Attack the Block dengan cepat mendapatkan ketenaran internasional dan membawa pulang penghargaan di SXSW, Los Angeles Film Festival, dan lainnya.

4. American Psycho (2000) 

photo
Film American Psycho. - (Lions Gate Films)

 

Christian Bale berperan sebagai pembunuh gila di film American Psycho. Film ini adalah salah satu karya genre horor yang paling dipuji namun disalahpahami sepanjang masa. 

Plot berpusat di sekitar sosiopat narsis yang tinggal di New York City. Dia diliputi keserakahan dan kemarahannya sendiri. Akibat tidak dapat menangani emosi, dia kerap membunuh siapa pun di apartemennya yang tinggi, Upper West Side.

Apartemen menyajikan poin dalam cerita, karena kemewahannya adalah tampilan kapitalisme dan hak istimewa yang disengaja. Itu juga tentang maskulinitas beracun, agresi dan dominasi pria, dan masalah lainnya.

5. High-Rise (2015)

photo
Film High-Rise. - (StudioCanal)

 

Konsep arsitektur yang ditunjukan di film adalah menara apartemen dengan fasilitas seperti toko kelontong, ruang kantor, dan banyak lagi. Semuanya diciptakan dengan gagasan bahwa seseorang dapat menghabiskan sepanjang hari tanpa harus meninggalkan gedung. Konsep ini telah digunakan di banyak gedung pencakar langit terkenal, seperti Menara Marina di Chicago.

Di High-Rise, penghuni menara apartemen multiguna baru jarang meninggalkan gedung karena merasa tidak perlu lagi. Namun, ada ketegangan mendasar karena lantai dipisahkan berdasarkan kelas. Begitu bangunan mulai runtuh dan mengalami pemadaman listrik, kekurangan air, maupun kurangnya petugas polisi, penghuni menjadi tidak terkendali. Akhirnya mereka mengubah interior bangunan layaknya zona perang. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement