Jumat 15 Oct 2021 13:38 WIB

Ide Penguasa Pada Napak Tilas Tanah Kelahiran Sri Kresna

Bertolak dari kepemimpinan ala India

Jamaah bersiap shalat Jumat di Masjid Al-Hakim Pantai Padang, Sumatera Barat, Jumat (4/9/2020). Masjid Al-Hakim yang dibangun sejak tahun 2017 dengan gaya Taj Mahal itu kini sudah bisa digunakan untuk umum sebagai tempat ibadah yang representatif di Pantai Padang sekaligus ikon wisata halal di kota itu.
Foto: Antara/Iggoy el Fitra
Jamaah bersiap shalat Jumat di Masjid Al-Hakim Pantai Padang, Sumatera Barat, Jumat (4/9/2020). Masjid Al-Hakim yang dibangun sejak tahun 2017 dengan gaya Taj Mahal itu kini sudah bisa digunakan untuk umum sebagai tempat ibadah yang representatif di Pantai Padang sekaligus ikon wisata halal di kota itu.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Jaya Suprana, Budayawan, Penggagas Rekor MURI, Pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan.

Sebenarnya tujuan saya bersama Aylawati Sarwono menempuh perjalanan darat dari New Delhi ke Agra adalah tentu saja untuk mengunjungi Taj Mahal. Namun, di tengah perjalanan nyaris 200 kilometer tersebut secara kebetulan saya melihat sebuah tanda penunjuk jalan ukuran kecil menunjuk ke arah Mathura.

Maka kami berbelok ke arah Mathura sebab, seingat saya, Mathura adalah tanah kelahiran Sri Kresna. Ternyata ingatan saya tidak keliru. Akhirnya tanpa direncanakan, kami sempat berkunjung ke tanah kelahiran Sri Kresna. 

SAPTA PURI

Kota Mathura merupakan satu di antara tujuh Sapta Puri, tujuh Kota Suci agama Hindu. Di Kota Mathura terdapat kawasan Kuil Krishna Janmasthan sebagai yang diyakini oleh umat Hindu sebagai tempat kelahiran Sri Kresna.

Mathura adalah Ibu Kota kerajaan Surasena yang dikuasai oleh Kansa, paman Sri Kresna dari dinasti Yaduvanshi Chandravanshi. Ibu Kresna adalah Devaki dan ayah Kresna adalah Vasudeva. Kakak Kresna adalah Balarama yang di pewayangan dikenal sebagai Baladewa.

Adik Kresna adalah Subadra yang menikah dengan Arjuna secara kawin lari dengan menggunakan aji Halimun akibat semula tidak disetujui oleh Baladewa yang akhirnya setuju akibat tidak berani melawan kesaktian adiknya, Kresna yang mengancam dengan senjata pamungkas Cakra.

Sebagai seorang playboy yang rupawan dan penuh pesona apabila meniup seruling wajar apabila Sri Kresna versi India menikah dengan segerombolan perempuan terdiri dari Radha, Rukmini, Satyabhama, Kalindi, Jambawati, Nagnajit, Mitravinda, Bhadra, Lakshmi dan 16.000 perempuan lainnya.  

Menurut legenda Hinduisme, pada masa kanak-kanak dan remaja, Sri Kresna tampil sebagai penggembala sapi yang jahil suka mengganggu siapa pun yang bisa diganggu. Sri Kresna memiliki berbagai nama julukan, antara lain Mohan alias pemesona perempuan, Govinda alias cowboy versi India, Keev alias prankster, Gopala alias pelindung sapi, dan yang paling keren adalah Jagannatha penjaga jagat. Kemudian di depan nama Kresna kerap ditambahkan gelar Sri.  

Kresna berulang kali akan dibunuh oleh pamannya Kansa yang takut atas kesaktian Kresna dan akhirnya Kansa justru dibunuh oleh Kresna yang kemudian menobatkan ayah Kamsa, Agrisena, menjadi raja menggantikan Kansa.

Kresna sendiri kemudian bersama bangsa Yadayas mendirikan kerajaan Dwaraka. Menurut versi Mahabharata, Sri Kresna mendampingi Pandawa mulai dari Hastinapura sampai mendirikan Indraprasta kemudian berperang melawan Kurawa di Kurusetra sebagai legenda mashur Bharatayudha. 

Sri Kresna dilarang oleh para dewa ikut bertempur di Bharatayudha. Sebab, apabila Sri Kresna turun ke Kurusetra maka tidak ada manusia maupun dewa mampu melawan kesaktian Sri Kresna apalagi jika sudah ber-Triwikrama tiada lawan di jagat raya.

Maka di Bharatayudha, Sri Kresna “hanya” berperan sebagai konsulan perang yang berpihak ke Pandawa serta kusir Arjuna ketika berhadapan dengan Karna. 

BHAGAVAD GITA

Sri Kresna memaparkan kearifan Bhagavad Gita demi meyakinkan Arjuna yang semula ragu berhadapan dengan Kurawa yang notabene adalah sesama keluarga besar Bharata. Allhasil, akhirnya Arjuna memaksakan diri untuk turun ke Kurusetra melawan 100 Kurawa, termasuk Dorna, Sengkuni, dan Bisma Dewabrata.

Sri Kresna tak segan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan maka licik menyuruh Bima membunuh seekor gajah bernama Aswatama demi melumpuhkan semangat perang Sri Begawan Dorna akibat menduga yang mati terbunuh Bima adalah putra tunggalnya yang bernama Aswatama.

Tanpa dukungan Sri Kresna, mustahil Pandawa mampu mengalahkan Kurawa yang didukung oleh Begawan Dorna, Sengkuni, dan terutama Bisma Dewabrata yang mustahil dikalahkan oleh siapa pun kecuali Srikandi atas arahan Sri Kresna. Juga yang mengarahkan Drestajumena memenggal kepala Dorna adalah Sri Kresna yang tahu bahwa Drestajumena adalah titisan Ekalaya yang mati akibat dicurangi Dorna yang membela Arjuna yang telah dipecundangi oleh Ekalaya. 

WAYANG PURWA

Di Indonesia, Mathura menginspirasi nama pulau Madura. Di dalam legenda Wayang Purwa, Kresna merupakan sosok tokoh titisan dewa keras kepala serta egosentrik maka tak segan menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan yang dianggap benar oleh dirinya sendiri. 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement