REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim, mengatakan, kurikulum sekolah perlu disusun bersama-sama dengan industri untuk menjaga relevansi lulusan dengan kebutuhan dunia usaha dunia industri (DUDI). Untuk itu, pihaknya terus mendorong peningkatan jumlah praktisi industri yang dapat mengajar di sekolah menengah kejuruan (SMK).
“Kalau masalahnya pandemi sehingga magang tidak bisa dilakukan, maka dinas pendidikan maupun pemda harus mencari cara agar hak anak untuk bisa magang di industri, paling tidak satu semester bisa dipenuhi," ujar Nadiem dalam keterangan tertulis, Sabtu (23/10).
Nadiem ingin hal tersebut diperjuangkaj, terutama oleh para kepala sekolah. Mendikbudristek juga menyatakan, saat ini SMK dapat menerapkan multidisiplin keahlian untuk menjawab tantangan masa depan. Itu dapat dilakukan dengan merotasi anak-anak peserta didik ke berbagai bidang.
“Jadi anak-anak dirotasi dari berbagai bidang. Ada yang mendapat pembelajaran kewirausahaan tapi anak-anak multimedianya juga terlibat di situ. Inilah percampuran berbagai disiplin ilmu,” kata dia.
Dunia kerja, kata Nadiem, lebih menghargai lulusan yang menguasai berbagai kompetensi. Hal tersebut menjadi nilai tambah seorang lulusan SMK di masa depan.
"Kita ingin SMK itu bertukar program, paling tidak, siswa bisa mencicipi disiplin kejuruan lain agar mereka mendapatkan perspektif lain mengenai pekerjaan mereka," ungkap Nadiem.
Nadiem mengungkapkan, tahun ini Kemendikbudristek terus mengembangkan implementasi SMK Pusat Keunggulan (SMK PK) untuk memperbesar kompetensi kejuruannya. Dengan begitu, kata dia, kapasitas belajar praktik lebih diperbesar. Dia tak ingin lulusan SMK memiliki kompetensi yang tidak jauh berbeda dengan lulusan di luar kejuruan.
"Jangan tanggung-tanggung untuk mendorong penguasaan kompetisi praktis yang lebih optimal dan masif. Itulah yang dinamakan sekolah kejuruan," kata Nadiem.