REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pakar otolaringologi Universitas Airlangga (Unair) dr Rosydiah Rahmawati mengatakan, membersihkan telinga menggunakan cotton bud tidaklah dilarang, namun harus berhati-hati. Kehati-hatian diperlukan karena kotoran yang ada di dalam telinga berbeda-beda. Selain itu, kata dia membersihkan kotoran telinga menggunakan cotton bud juga berpotensi mendorong kotoran tersebut masuk ke bagian dalam telinga.
"Sebenarnya kotoran telinga itu berada di sisi luar, kadang gerakan membersihkan dengan cotton bud itu bisa mendorong kotoran malah masuk ke dalam. Itu yang dikhawatirkan," kata Rosydiah di Surabaya, Senin (25/10).
Ia menjelaskan, ketika kotoran yang ada di bagian luar telinga hanya sedikit dan lembek, dibersihkan hanya di luar itu tidak masalah. Tapi, kata dia, ketika kotoran yang dihasilkan dalam jumlah banyak, keras, dan cenderung bertumpuk, maka dibersihkan sendiri dengan cotton bud bisa malah mendorongnya masuk. Hal itu sangat berbahaya.
Rosydiah juga mengingatkan perlunya kehati-hatian menggunakan obat tetes saat membersihkan kotoran telinga. Rosydiah mengatakan, memang terdapat obat tetes telinga yang dapat digunakan untuk melunakkan kotoran. Tetapi kata dia, harus diresepkan oleh dokter spesialis THT-KL atau dokter umum. "Kalau masyarakat beli sendiri tanpa resep dokter, terkadang tidak tepat," ujarnya.
Rosydiah mengingatkan, kondisi liang telinga setiap orang berbeda. Untuk membersihkannya secara aman, kata dia, ada kalanya seseorang disarankan untuk pergi ke dokter spesialis THT-KL, supaya mengetahui kondisi kotoran dan liang telinga.
"Sehingga tau bagaimana selanjutnya apakah bisa dibersihkan sendiri atau memang harus ke dokter THT untuk membersihkan kotoran telinga," kata dia.
Ia menjelaskan, jangka waktu untuk membersihkan telinga adalah satu kali dalam seminggu. Jika kotoran telinga sedikit serta memiliki kandungan minyak yang banyak, sehingga konsistensinya lunak, pembersihan bisa dilakukan secara mandiri dengan hati-hati. Sedangkan bila kotoran telinga banyak dan menumpuk sehingga menutup liang telinga, maka disarankan membersihkannya enam bulan sekali di dokter THT-KL.
Ia menambahkan, kotoran telinga ternyata tidak hanya memiliki dampak negatif tetapi juga memberikan dampak positif. Kotoran telinga yang diproduksi sejak manusia lahir ini ternyata bersifat fisiologis. Sangat berguna untuk melindungi telinga misal agar tidak kemasukan benda asing, kemasukan hewan, dan menjaga kelembaban telinga, sehingga tidak mudah infeksi pada liang telinga.
"Jadi tubuh kita ada mekanisme, kalau kotoran banyak dia akan mengeluarkan sendiri dengan pergerakan rahang dan rambut-rambut di liang telinga," kata dia.