REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembelajaran jarak jauh atau PJJ yang dilakukan selama pandemi menambah tingkat ketertinggalan Indonesia dalam dunia pendidikan. Itu karena, PJJ selama satu tahun pandemi dianggap sama dengan enam bulan learning loss.
Upaya pemerintah melalui Kemendikbud dengan menyelenggarakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas atau Hybrid Learning juga belum membantu secara penuh. Ditambah lagi faktor infrastruktur sekolah yang belum mendukung serta kesiapan siswa secara mental dan emosional untuk belajar beradaptasi kembali. Hal tersebut mendorong KOCO Schools untuk menyediakan Solusi Inklusif dan Komprehensif dalam membantu pemerintah meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia
KOCO Schools sebagai startup Edtech dari Singapura bertekad membantu pemerintah menghadapi ketertinggalan dan learning loss yang dihadapi oleh peserta didik. Setelah satu tahun berjalan di Indonesia, KOCO Schools melihat permasalahan pendidikan di Indonesia yang lebih besar daripada infrastruktur, kurikulum dan terbatasnya sumber pembelajaran. Akar permasalahan yang paling besar mempengaruhi kualitas siswa dan pendidikan secara skala besar adalah kualitas guru. Mereka membawa visi 'Menciptakan Komunitas Belajar yang Setara di Masa Depan'. KOCO Schools berinisiatif membuat program untuk membantu guru secara holistik yang dinamakan #NoChildLeftBehind.
Managing Director KOCO Indonesia Faizal Abdullah menjelaskan, beberapa program #NoChildLeftBehind antara lain KOCO Schools Academy. Ini adalah program pendampingan guru untuk meningkatkan kompetensi pedagogik dan profesional dengan jangka waktu 3-12 bulan. Kemudian, KOCO PISA Quiz Bank. Program KOCO PISA Quiz Bank menyediakan hingga 35.000+ soal. Soal-soal tersebut berfokus pada Sains, Literasi dan Numerasi. Kemudian, KOCO LMS. Solusi pembelajaran satu akses yang terintegrasi untuk guru, siswa dan orang tua baik secara online maupun hybrid seperti PTM terbatas yang dilakukan saat ini.
"Inisiatif #NoChildLeftBehind juga sejalan dengan program Kemendikbud Ristek selama dua tahun terakhir yang fokus pada transformasi pendidikan dan pelatihan guru. Kemendikbud melalui program Guru Penggerak berupaya untuk meningkatkan ranking PISA dan mempersiapkan sumber daya yang lebih unggul. Mulai dari guru kualitas siswa Indonesia dapat diperbaiki ke depannya," kata dia di Jakarta, Selasa (26/10).
Ia mengatakan, KOCO Schools percaya setiap anak harus memiliki kesetaraan belajar yang sama sesuai kemampuannya. Hal tersebut dapat terjadi apabila tenaga pendidik di Indonesia mempunyai kualitas yang mumpuni. Peningkatan kualitas guru akan berdampak besar pada peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.
“Kualitas pendidikan tidak dapat meningkat tanpa terlebih dahulu meningkatkan kualitas guru,” kata dia.
KOCO Schools lewat inisiatif #NoChildLeftBehind bertujuan membangun dunia pendidikan Indonesia bersama-sama dengan berbagai pihak.
“Kami telah bekerja sama dengan 100 sekolah di platform KOCO Schools, saya sangat antusias dengan inisiatif #NoChildLeftBehind untuk Indonesia dan saya harap inisiatif ini dapat membantu Kemendikbud, Dinas, guru, orang tua dan lapisan masyarakat lainnya membangun pendidikan bersama-sama,” ujar Faizal.
Hasil penelitian dari RISE di tahun 2019 terhadap 2,449 sampel guru menunjukkan hanya 12,43 persen guru SD yang menganggap dirinya menguasai materi pengajaran literasi baca tulis. Sedangkan 21,27 persen guru SD menganggap dirinya menguasai pengajaran matematika.
"Inilah yang menjadi faktor terbesar mengapa ranking PISA di Indonesia selalu tertinggal," kata dia.
Kehadiran CEO KOCO, Lenie Chow Tjakrawinata yang berasal dari Singapura menjadi nilai tambah untuk membawa strategi yang berkualitas dan adaptif di Indonesia. KOCO Schools yakin peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia merupakan tugas bersama.
"KOCO Schools telah berhasil menutup putaran pendanaan pertama senilai Rp 7 Miliar pada Desember 2020. Ke depannya, KOCO bersiap untuk mendapatkan pendanaan di putaran kedua. Dengan inovasi teknologi, KOCO berharap para guru dapat memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Sehingga tercipta ekosistem pembelajaran masa depan yang berkualitas agar Indonesia mampu menciptakan generasi yang siap tantangan," kata dia.