REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tingkat kanker payudara kian meningkat di Amerika Serikat (AS) dan masyarakat barat dalam beberapa dekade terakhir. Mulai banyak penelitian yang berfokus untuk mencoba menentukan alasannya.
Penelitian utama yang baru-baru ini dibicarakan adalah implikasi alumunium salt, yang terkandung dalam antiperspiran, sebagai penyebab potensial kanker payudara. Ada dua penelitian laboratorium yang telah menunjukkan penyerapan aluminium oleh sel-sel hewan, dan mengalami perubahan genetik dalam sel-sel tersebut. Para peneliti menyatakan, hal itu menunjukkan bahwa aluminium mungkin bertanggung jawab menjadi penyebab meningkatnya kanker payudara.
Studi dari tim ilmuwan internasional dan diterbitkan dalam International Journal of Molecular Sciences, pertama-tama melihat aluminium klorida yang diserap oleh sel-sel hewan secara in vitro, kemudian meneliti efeknya pada sel-sel tersebut.
Dalam studi pertama, yang diterbitkan akhir 2020, sel-sel epitel payudara dari tikus imunodefisiensi dikulturisasi dengan aluminium klorida (AlCl3). Para peneliti menemukan bahwa AlCl3 dengan cepat meningkatkan kelainan struktural kromosom dalam sel-sel ini.
Tim kemudian menyuntikkan sel-sel ini ke tikus imunokompeten. Dari 20 tikus yang disuntik dengan sel hasil kulturisasi AlCl3 itu, 17 mengembangkan tumor di tempat suntikan, sedangkan 10 tikus yang tidak disuntik tidak memiliki tumor.
Ahli bedah onkologi payudara, Direktur Margie Petersen Breast Center di Providence Saint John's Center, dan Profesor Bedah di Saint John's Cancer Institute di Santa Monica, dr Janie Grumley, mengomentari temuan itu. Para peneliti ini melakukan pekerjaan laboratorium pada hewan, untuk mendapatkan pemahaman tentang interaksi antara aluminium dan genesis tumor manusia. "Saya memuji upaya mereka dan senang mereka melakukan penelitian ini. Saya pasti ingin mendengar lebih banyak tentang itu,” kata dia.
“Studi pada hewan bagus untuk mengetahui bagaimana sesuatu bekerja, tetapi tidak selalu berlaku untuk situasi manusia,” kata dia lagi.
Para penulis menyatakan bahwa hasil mereka merupakan bukti kuat bahwa aluminium salt adalah karsinogen manusia. Namun Manajer Komunikasi Penelitian Senior di Breast Cancer Now, dr Kotryna Temcinaite, tidak setuju.
“Sel-sel yang terpapar aluminium salts dalam percobaan laboratorium yang menyebabkan ketidakstabilan genom, bukanlah bukti bahwa aluminium salts bersifat karsinogenik,” ujarnya.
“Tapi penelitian ini memberikan bukti bahwa perlu adanya evaluasi lebih lanjut untuk melihat apakah senyawa aluminium dapat diklasifikasikan sebagai karsinogen,” kata dia.
Dr Grumley juga mempertanyakan bukti penelitian tersebut, di mana sangat jauh berbeda. Dalam penelitian, alumunium salts disuntikkan ke dalam sel tikua sementara selama ini manusia menggunakan alumunium salts (dalam antiprespiran dan deodoran) hanya untuk area luar tubuh.
"Saya tidak akan pernah menggunakan penelitian ini untuk memberi tahu perempuan bahwa mereka tidak boleh menggunakan antiprespiran," ujarnya.
Studi epidemiologis yang menyelidiki hubungan alumunium dengan kanker payudara, tidak menemukan bukti adanya hubungan antara keduanya. Sebuah studi pada 2021 juga tidak menemukan hubungan yang signifikan antara antiperspiran yang mengandung aluminium dan kanker payudara.
Pada 2008, analisis dari 19 studi menyimpulkan bahwa tidak ada bukti ilmiah untuk mendukung hipotesis kemungkinan hubungan antara antiperspiran dan kanker payudara. “Penelitian lebih lanjut masih diperlukan sebelum kami dapat menarik kesimpulan tegas pada manusia," ujar dr Temcinaite.
Dalam percobaan ini, sel-sel non-manusia terkena aluminium salts dalam kondisi buatan, dan kemudian dianalisis kerusakan DNA-nya atau ditransplantasikan ke kelenjar susu tikus. "Pendekatan ini tidak cukup menggambarkan apa yang akan terjadi ketika manusia menggunakan produk yang mengandung aluminium salts,” ujarnya.