Jumat 29 Oct 2021 06:29 WIB

Nadiem Fokus Hapus Epidemi Kekerasan Seksual di Pendidikan

Mendikbudristek berupaya menghapus tiga dosa besar dalam dunia pendidikan.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Mas Alamil Huda
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim.
Foto: Dok Aptisi
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, (Mendikbudristek) Nadiem Makarim, menyatakan akan berupaya menghapus tiga dosa besar dalam dunia pendidikan, yakni kekerasan seksual, perundungan, dan intoleransi. Salah satu dosa yang akan coba dihapus dalam waktu dekat ialah kekerasan seksual.

“Dalam waktu dekat, kita akan fokus pada salah satu dosa itu dan membuat program untuk memitigasi dan menghapus epidemi kekerasan seksual,” ujar Nadiem dalam keterangan pers, Jumat (29/10).

Hal itu dia sampaikan saat berdialog dengan 170 mahasiswa yang merupakan perwakilan dari 34 provinsi. Dalam kesempatan itu, Mendikbudristek memberikan kesempatan kepada perwakilan mahasiswa yang hadir untuk menyampaikan masukan, kritik, maupun apresiasi terhadap program dan kebijakan Merdeka Belajar, khususnya Kampus Merdeka.

“Kita menyadari, karena ini baru yang pertama kalinya, masih banyak kekurangan. Untuk itu, kami membutuhkan banyak masukan dari teman-teman. Yang sudah jelas, kami di Kementerian harus meningkatkan efektivitas dari sistem informasi,” kata Nadiem.

Ada sejumlah hal yang disinggung oleh para perwakilan mahasiswa itu. Dika, mahasiswa peserta dialog yang berasal dari Universitas Dhyana Pura, Bali, menyatakan idenya terkait pendanaan di desa untuk membantu perekonomian dan pengembangan produk-produk yang ada di masyarakat. Dia melihat masih banyak dana yang belum bisa dijangkau untuk meningkatkan kualitas desa.

Menjawab hal itu, Nadiem mengatakan, jika mahasiswa memiliki ide-ide terkait projek di luar kampus, yang bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungannya, maka dapat mengumpulkan proposal dan mengajukan kepada pimpinan perguruan tinggi. Dia sepakat dengan pemikiran jangka panjang yang diutarakan Dika.

“Saya sangat setuju dengan pemikiran jangka panjang yang telah disampaikan. Di sinilah peran kita, kita harus bergotong royong untuk suatu hal yang positif bagi lingkungan,” jelas Nadiem.

Aji Agung Pangalih, perwakilan dari Universitas Teknokrat Indonesia, Lampung, bertanya kepada Nadiem terkait mekanisme pendidikan karakter yang harus diterapkan, khususnya di masa pandemi. Menurut dia, saat ini terdapat suatu daerah di Lampung yang mengutamakan pendidikan karakter dibandingkan pendidikan akademik.

Hal tersebut dilatarbelakangi kekhawatiran terjadinya kemerosotan karakter generasi muda akibat pembelajaran yang dilakukan secara jarak jauh melalui gawai. Mengenai hal itu, Nadiem setuju pendidikan karakter menjadi hal yang utama yang kurang optimal dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ).

“Betapa buruknya perubahan karakter siswa-siswa kita yang terus di rumah. Mereka bosan, mereka terisolasi. Teknologi ini merupakan suatu hal yang di satu sisi potensinya besar, tetapi di satu sisi lain menjadi ancaman yang luar biasa,” ujar dia.

Untuk itu, menurut Menteri Nadiem, salah satu solusi yang diperjuangkan Kemendikbudristek adalah pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas dengan protokol kesehatan yang ketat. Sehingga, pendidikan karakter dengan pendidikan akademik kepada siswa dapat diberikan secara bersama-sama oleh gurunya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement