Sabtu 30 Oct 2021 16:16 WIB

Pesan Haedar Nashir untuk UMS pada Upacara Milad ke-63

Jadikan UMS dan PTMA pusat keilmuwan, atau pusat transformasi ilmu bagi masyarakat.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Agus Yulianto
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir.
Foto: Dokumen.
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO - Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir, menghadiri Upacara Hari Jadi ke-63 Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) secara luring di Gedung Edutorium KH Ahmad Dahlan, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (30/10). Haedar Nashir berpesan kepada UMS agar menjadi kampus pusat keunggulan dan pusat pencerahan masyarakat.

Haedar Nashir meminta kepada UMS dan seluruh Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA) agar terus menjadi perguruan tinggi yang unggul berkualitas serta menjadi universitas riset. Bahkan, bisa menjadi universitas tingkat dunia yang mampu menghadirkan usaha-usaha mencerdaskan kehidupan bangsa dan kemanusiaan semesta.

"Pesan kami, momentum Milad ke-63 tahun ini jadikan sebagai spirit komitmen sekaligus kebersamaan untuk mjdkan UMS sebagai kampus pusat keunggulan, center of excelent," kata Haedar dalam sambutannya di acara terebut. 

"Bangsa dimanapun maju karena di dalam tubuhnya ada pranata-pranata sosial ekonomi, politik, budaya bahkan spiritualitas yang bersifat unggul di atas yang lain," imbuh dia.

Haedar menyatakan, bangsa yang bisa bersaing adalah bangsa yang unggul. Maka, UMS bersama seluruh PTMA diminta menebar keunggulan itu dalam kehidupan kebangsaan dan keumatan.

Dia mengakui, indeks pembangunan manusia (human development index) dan tingkat daya saing Indonesia masih di bawah negara-negara Asean seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Brunei. Padahal, potensi sumber daya manusia (SDM) Indonesia luar biasa. Hal itu diperkirakan karena di tingkat negara maupun di komponen bangsa, Indonesia belum mampu mengkapitalisasi potensi-potensi yang dimiliki menjadi bangsa yang berkeunggulan.

"Kedua, jadikan UMS dan PTMA sebagai pusat keadaban. Ketiga, UMS dan PTMA harus menjadi pusat keilmuwan, atau pusat transformasi ilmu bagi masyarakat. Apalagi tagline UMS keilmuwan dan keislaman," imbuhnya.

Haedar meyakini, di lingkungan perguruan tinggi pola berpikir keilmuwan sudah menjadi budaya sekaligis habitat dari kehidupan sehari-hari. Namun, perguruan tinggi tidak cukup di menara gading. UMS dan seluruh PTMA, serta perguruan tinggi negeri dan swasta lainnya perlu menjadi pusat transformasi ilmu.

"Karena masyarakat kita masih harus naik kelas dalam berpikir keilmuwan. Jangankan di orang awam, di elite atau sebagian elite bangsa saja berpikir berdasar ilmu masih belum menjadi tradisi kuat. Ciri masyarakat ilmu itu berpikir secara objektif, harus menjadi ciri dari bangsa ini," ungkapnya.

Karenanya, UMS dan PTMA diminta mengubah alam pikiran masyarakat menjadi keilmuwan secara kultural. Dia meminta agar UMS dan PTMA menjadi pusat pencerahan masyarakat, membawa masyarakat bersatu dari kondisi keberagaman.

"Pencerahan juga dimulai dari membangun tradisi dan narasi lisan yang serba baik. Pencerahan itu mengubah keadaan bangsa dari serba ketertinggalan menjadi maju," tandasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement