REPUBLIKA.CO.ID,
Oleh: Farah Noersativa, Adysha Citra Ramadani
Suntikan booster Covid-19 Moderna telah dilakukan di sejumlah negara, khususnya bagi mereka dengan kondisi kesehatan tertentu. Misalnya, orang yang tinggal di wilayah risiko tinggi penyebaran, memiliki penyakit penyerta berat, atau mereka yang berusia lebih dari 65 tahun. Namun, banyak orang mulai ragu terhadap booster karena efek sampingnya yang terlalu berat.
Berdasarkan data Moderna, dilansir di laman Healthdigest, Rabu (3/11), efek samping yang paling umum dari suntikan booster Moderna adalah nyeri tempat suntikan, kelelahan, sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, menggigil, mual, dan muntah. Tak hanya itu, menurut laman AARP, suntikan booster COVID-19 Moderna mengandung setengah dosis suntikan yang digunakan dalam suntikan pertama.
Meskipun dosisnya lebih kecil, efek sampingnya tampaknya serupa dari yang terlihat pada dosis Modernakedua. Gejalanya pun tampak lebih buruk pada penerima berusia 18 hingga 64 tahun, meski tidak separah mereka yang berusia di atas 65 tahun. Namun, data dari program suntikan booster Moderna di Israel menunjukkan, gejala secara keseluruhan tidak terlalu parah setelah mendapatkan suntikan booster dibandingkan dengan suntikan pertama.
Administrator untuk layanan farmasi di Ohio State University Wexner Medical Center, Robert Weber, yang telah memberikan suntikan booster Pfizer dan Moderna dalam beberapa pekan terakhir mengatakan, tidak semua penerima mengalami gejala, baik ringan hingga sedang. Meskipun mengalami efek samping dari vaksin bisa sangat menegangkan, gejala ringan hingga sedang sangat umum terjadi.
Menurut CDC, tubuh menciptakan respons kekebalan terhadap vaksin yang akan melindungi di masa depan. Jika penyakit memasuki tubuh, sistem kekebalan akan siap untuk melawannya. Oleh karenanya, efek samping ringan, termasuk nyeri tempat suntikan, kelelahan, sakit kepala, nyeri otot, dan nyeri sendi, adalah hal yang sangat umum yang tidak perlu dikhawatirkan lebih lanjut.
Meski sudah ada pendapat demikian, sebagian orang masih merasa khawatir dengan efek samping jangka panjang. Namun, para ahli mengatakan bahwa hal ini jarang terjadi. Menurut Women's Health, sebagian besar efek samping hanya terjadi dalam beberapa hari atau beberapa pekan setelah menerima vaksin atau booster.
"Hal ini berdasarkan semua vaksin yang digunakan di masa anak-anak dan dewasa, saya rasa tidak ada efek samping jangka panjang," kata Spesialis Penyakit Menular dan Profesor di Vanderbilt University School of Medicine, William Schaffner, MD.
Dia mengatakan, vaksin tidak memiliki efek buruk yang terjadi selama delapan bulan, satu tahun, atau dua tahun ke depan, atau lebih lama. Dia menekankan, semua vaksin dan booster, termasuk yang dikembangkan untuk COVID-19, melalui proses pengujian dan persetujuan yang ketat melalui FDA sebelum diizinkan untuk penggunaan umum.