REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dimsum belakangan semakin banyak digemari di Indonesia. Kudapan khas China ini telah dimodifikasi, baik dari segi rasa maupun bahan.
Apa perbedaan dimsum lokal dengan versi aslinya? Pengusaha dimsum sekaligus pemilik supermarket dan restoran Bolekaka, Muhammad Kautsar, mengatakan bahwa penggemar dimsum di Indonesia ada beberapa segmen.
Sebagian menyukai dimsum ala China. Kautsar menyebut, kelompok ini biasanya akan mencari dimsum ke restoran China.
Sebagian lain lebih suka versi lokal dengan cita rasa dimsum yang sudah dimodifikasi. Kelompok ini, menurut Kautsar, berasal dari segmen middle-low dan tinggal kota pendukung, seperti Bekasi, Depok, Karawaci, dan lainnya.
"Dimsum lokal bisa dikenali dari kulit pangsitnya yang putih, tidak kuning seperti dimsum China," ujar Kautsar dalam acara peluncuran supermarket dan restoran Bolekaka di Jalan Raya Jatiwaringin, Pondok Gede, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (3/11).
Selain itu, perbedaan dimsum lokal dan China bisa dilihat dari segi rasa. Dimsum China lebih asin dan juga ada rasa khas Chinese, perpaduan soya dan bahan lainnya. Sementara untuk pasar lokal lebih ke arah gurih rasanya.
Menurut Kautsar, dimsum disukai seluruh kalangan usia, dari anak sampai lansia. Ibu-ibu biasanya menyajikan dimsum untuk bekal yang simpel untuk anak dan untuk orang tua yang ingin kudapan lembut.