REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu risiko berinternet adalah peretasan akun media sosial dan situs lainnya. Riset Google dan YouGov pada September 2021 mengungkapkan lemahnya perlindungan data pribadi pengguna internet di 11 negara kawasan Asia Pasifik.
Riset tersebut juga memperlihatkan bahwa setidaknya dua dari tiga pengguna internet Indonesia mengalami kebocoran data pribadi. Hanya saja, fakta itu tak cukup mendorong para pengguna untuk mengubah kebiasaan menggunakan kata sandi mereka.
"Kami melihat sebanyak 89 persen pengguna masih mempertahankan kebiasaan menggunakan sandi yang lemah," ungkap Product Marketing Manager Google Indonesia, Amanda Chan, dalam diskusi bersama Google, dikutip Jumat (5/11).
Amanda mengatakan, ada sejumlah alasan mengapa banyak orang masih menggunakan sandi yang lemah. Alasan pertama adalah mereka takut lupa dengan sandi yang baru (40 persen).
"Kita pasti tahu rasanya takut lupa buatan sendiri. Saya pernah mengalaminya," kata Amanda.
Alasan kedua adalah mereka berpikir menggunakan sandi yang sama akan lebih praktis bagi mereka (30 persen). Padahal, hal itu berpotensi dua kali lebih tinggi menggalami kasus pencurian data keuangan secara daring.