REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Melaksanakan tugas sebagai fasilitator perdagangan dan asisten industri, Bea Cukai berkomitmen untuk terus mengoptimalkan pelayanan dan pengawasan proses ekspor. Hal ini dilakukan untuk mendukung kinerja industri dalam negeri agar dapat berkontribusi aktif dalam perdagangan internasional dan meningkatkan perekonomian Indonesia.
Kasubdit Komunikasi dan Publikasi Bea Cukai, Tubagus Firman Hermansjah, pada Jumat (05/11) mengatakan optimalisasi pelayanan dan pengawasan ekspor ditunjukkan dua kantor pelayanan Bea Cukai, yaitu Bea Cukai Pangkalan Bun dan Kantor Wilayah (Kanwil) Bea Cukai Aceh, yang telah memfasilitasi pelaksanaan ekspor perdana komoditas daerah di awal November 2021 ini.
"Bea Cukai dituntut untuk mampu memfasilitasi perdagangan sehingga perdagangan internasional dapat berjalan lancar dan mendukung industri dalam negeri berkompetisi di pasar internasional. Berdasarkan misi dan peran tersebut, Bea Cukai Pangkalan Bun berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan pelayanan terbaik dan memberikan asistensi kepada pelaku usaha guna mewujudkan eksportasi langsung dari Kabupaten Kotawaringin Barat. Semangat misi tersebut diusung untuk terus memberikan pendampingan dan pelayanan maksimal kepada pengusaha lokal dan calon eksportir di Pangkalan Bun untuk melakukan penetrasi pasar produknya ke mancanegara," ungkapnya.
Disebutkan Firman, Kabupaten Kotawaringin Barat merupakan salah satu kabupaten dengan potensi ekspor yang sangat besar terutama dari sektor sumber daya alam yaitu perkebunan dan mineral tambang. Melalui program tim klinik ekspor Bea Cukai Pangkalan Bun memberikan asistensi kepada PT Irvan Prima Pratama dimulai dari proses perizinan sampai dengan pelepasan ekspor perdana ilmenite sand sejumlah 20.000 metric ton yang siap untuk diekspor dari pelabuhan Bumiharjo Kumai, Kalimantan Tengah dengan negara tujuan China pada Kamis (04/11).
Berdasarkan data eksportasi tahun 2021, Kotawaringin Barat telah berkontribusi menyumbang devisa ekspor lebih dari 90 persen di Provinsi Kalimantan tengah, dengan komoditas utama ekspornya berupa produk turunan crude palm oil (CPO), yang disusul oleh produk hasil olahan kayu dan produk pertambangan.
Devisa ekspor di Kotawaringin Barat yang tercatat sampai bulan Oktober 2021 telah mencapai 561,987,078 dolar AS atau tumbuh sebesar 74,83 persen dibanding tahun 2020.
"Ekspor perdana Ilmenite Sand ini diharapakan bias menjadi momentum munculnya eksportir-eksportir baru dari Kota Manis Pangkalan Bun sehingga membuka lebih luas peluang lapangan kerja," ujar Firman.
Tak berbeda, Bea Cukai Aceh juga turut mengoptimalkan pelayanan dan pengawasan ekspor dengan memfasilitasi ekspor 57 kilogram komoditas asam sunti, patarana (pliek u), kencur, daun salam, dan kue supet. Komoditas ekspor tersebut dikemas ke dalam tiga boks sebelum diekspor ke Denmark melalui DHL Express Banda Aceh.
"Kegiatan pelepasan ekspor yang diinisiasi oleh Kanwil Bea Cukai Aceh ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan Business Matching Hong Kong pada 7 April 2021.Dengan adanya kegiatan ekspor tersebut, diharapkan dapat semakin membuka potensi sumber daya alam beserta hasil olahannya yang berasal dari Aceh sebagai komoditas ekspor," kata Firman.
Ia pun berharap pelaksanaan ekspor komoditas lokal dapat memberikan konstribusi yang besar untuk kemajuan perekonomian masyarakat, di tiap daerah pengekspor pada khususnya dan tentu saja mendongkrak perekonomian nasional pada umumnya.