REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Wikan Sakarinto, mengatakan pembentukan kelas internasional di perguruan tinggi vokasi (PTV) perlu diperbanyak. Menurut dia, ada sejumlah manfaat yang bisa didapatkan dari sinergi dengan lembaga asing.
“Kita ingin kampus-kampus di Indonesia makin banyak yang buka program internasional. Sehingga bukan hanya kita yang sekolah ke luar negeri tapi juga banyak mahasiswa asing yang sekolah di sini. Dengan begitu, nanti kita bisa promosi (pendidikan vokasi satu sama lain),” kata Wikan dalam keterangan pers, Ahad (7/11).
Wikan menyampaikan, untuk PTV yang sudah membuka kelas internasional, maka diharapkan dapat saling berbagi praktik, baik dengan PTV lain yang belum memiliki kelas internasional. Dengan begitu diharapkan kampus-kampus lain bisa belajar tentang program kelas internasional.
Hal tersebut dia sampaikan dalam Konsorsium Program Internasional PTV di Indonesia yang diselenggarakan di Kuta, Bali. Wikan menjelaskan, tujuan forum itu dilakukan adalah untuk mengembangkan kerja sama internasional dan membuat PTV di Indonesia berkelas internasional sehingga lulusan vokasi mampu bersaing di tingkat internasional.
“Kita tidak hanya ingin mengirimkan mahasiswa ke luar negeri tapi dengan kelas internasional kita berharap mahasiswa kita bisa berinteraksi dengan ekosistem pendidikan di luar negeri supaya mereka melihat kondisi ‘dunia luar’ dan punya pengalaman untuk menjadi pemimpin masa depan yang andal,” ujar Wikan.
Sebetulnya, kata dia, beberapa PTV maupun politeknik telah banyak yang berinisiatif melakukan kerja sama secara mandiri dengan universitas maupun industri di luar negeri. Namun, dengan adanya konsorsium ini, Kemendikbudristek menunjukkan komitmen untuk mengoordinir kerja sama tersebut dalam satu langkah.
Selanjutnya, peran Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) dan pemangku kebijakan di luar negeri untuk mengkoordinir institusi di luar negeri untuk bertemu dengan pihak dari Kemendikbudristek.
“Kampus-kampus di Indonesia tinggal ikut kita saja kalau ingin bikin kelas kerja sama atau join degree. Nantinya antarkampus di dalam dan di luar negeri bisa saling bergotong royong, ini lebih efisien dalam menyelenggarakan suatu program studi tertentu karena melibatkan mahasiswa dari berbagai universitas yang jumlahnya tidak sedikit,” terang Wikan.
Di sisi lain, Wikan meyakini, apabila upaya ini dimotori kementerian maka lembaga di luar negeri akan lebih termotivasi untuk mengimplementasikan butir-butir kerja sama. “Kita bawa gerbong seluruh PTV, kita bawa 100 PTV misalnya. Kita langsung praktikkan,” jelas dia.
Sebelum adanya konsorsium itu, Nurmala Elmin Simbolon selaku Koordinator Tim Pengembangan Kelas Intenasional melakukan survey kajian awal selama lima bulan sejak Februari 2021. Survei dilaksanakan untuk mengidentifikasi minat PTV terhadap penyelenggaraan kelas internasional.
“Selama setahun ini, ada 27 PTV yang bersedia (secara sukarela) meski di dalamnya ada PTV yang belum sama sekali memiliki kelas internasional. Ke depan, program ini akan mendorong PTV yang belum punya kelas internasional untuk juga membuka, supaya di tahun depan mereka bisa mulai program kelas internasional,” jelas dia.
Sementara itu, Direktur Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi, Beny Bandanadjaja, mengatakan, pada 2022 pihaknya akan mengembangkan usaha kemitraan dengan institusi di luar negeri untuk berbagi praktik baik dan membangun kerja sama.
Lalu, di tahun 2023 akan ada program internasionalisasi kemitraan dengan universitas dan lembaga. Program itu akan berfokus pada pendekatan kerja praktek magang kegiatan berbasis laboratorium, pertukaran pelajar, magang di luar negeri, dan lain-lain.
Pada tahun 2024 akan digagas program internasional yang bersifat timbal balik untuk mendapatkan manfaat yang menguntungkan dari kemitraan dengan institusi di luar negeri. “Kita harap ada rekognisi di tingkat internasional untuk seluruh PTV yang saat ini masih menjadi kendala supaya PTV kita di masa mendatang lebih dikenal,” kata Beny.