REPUBLIKA.CO.ID,
Oleh: Kiki Sakinah
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) menyebutkan lebih dari 21 juta orang telah menerima booster vaksin Covid-19, dan lebih dari 6 juta memilih vaksin jenis Moderna. Sementara itu, jutaan lainnya kemungkinan memenuhi syarat untuk mendapatkan suntikan tambahan, tetapi mungkin menunggu jadwal untuk memutuskan vaksin mana yang akan diambil.
Baik CDC dan Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) telah mengizinkan pencampuran dan penyesuaian dosis booster, sehingga penerima yang memenuhi syarat dari salah satu dari tiga vaksin dapat memilih mana yang mereka inginkan untuk dosis berikutnya.
Meskipun pejabat kesehatan sebagian besar tidak merekomendasikan satu booster di atas yang lain, namun para pakar memberikan peringatan bagi mereka yang hendak menerima booster Moderna. Seseorang yang memenuhi syarat dan telah melewati jeda waktu enam bulan dari suntikan dosis kedua vaksin Moderna atau Pfizer, atau dua bulan dari suntikan kedua Johnson & Johnson, bisa mendapatkan booster Moderna.
Akan tetapi, ketika FDA mengizinkan booster Moderna, mereka mengizinkan pemberian setengah dosis dari vaksin tersebut dan bukan dalam dosis penuh. Berbeda dengan booster vaksin jenis Pfizer dan Johnson & Johnson yang diberikan dalam dosis penuh.
Alih-alih menjadi suntikan 100 mikrogram penuh, booster Moderna diberikan dalam dosis 50 mikrogram. Namun, ingat, bahwa booster vaksin yang diberikan akan tetap berasal dari botol yang sama dengan dosis penuh.
Karena itu, Stat News melaporkan, para penyedia layanan kesehatan harus memastikan untuk mengeluarkan setengahnya untuk setiap suntikan. Pakar virus mengingatkan agar penerima memastikan bahwa ia mendapatkan setengah dosis dan bukan dosis penuh dari booster vaksin Moderna.
"Ini ada hubungannya dengan respons imun yang Anda miliki terhadap Moderna. Jadi, data menunjukkan bahwa Anda tidak memerlukan dosis penuh untuk dosis ketiga itu," kata manajer program imunisasi untuk El Paso County Health di Texas, Kristi Durbin, kepada FOX21 News, dilansir di Bestlife Online, Sabtu (6/11).
Spesialis penyakit menular di Northwell Health, David Hirschwerk, mengatakan dosis yang lebih besar dari vaksin tidak lebih baik. Pasalnya, dosis yang diperlukan adalah dosis yang sesuai rekomendasi.
"Jika lebih banyak lebih baik, itulah yang rekomendasi resmi akan anjurkan," ujarnya.
Hal ini juga berlaku bagi penerima vaksin Johnson & Johnson yang mungkin mencari booster Moderna. Menurut data awal dari studi National Institutes of Health (NIH) dan National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID), mendapatkan booster Moderna setelah suntikan Johnson & Johnson bisa meningkatkan tingkat antibodi penetralisir 76 kali lipat dalam 15 hari. Sementara Booster Pfizer atau Johnson & Johnson masing-masing menaikkan level ini 35 kali lipat dan 4 kali lipat.
"Jika seseorang mendapatkan vaksin J&J, saya akan mendapatkan Moderna setengah dosis, jika itu pilihannya," kata seorang cendekiawan senior di Universitas Johns Hopkins, Amesh Adalja, kepada WUSA 9 yang berafiliasi dengan CBS di Washington D.C.
Seorang profesor kedokteran di Divisi Penyakit Menular di Vanderbilt University, William Schaffner, mengatakan ia tidak berpikir bahwa efek sampingnya akan jauh lebih besar jika mendapatkan vakin Moderna dalam dosis penuh. Hanya saja, menurutnya, bukan itu yang saat ini direkomendasikan sebagai booster.
Ada satu kelompok di mana dosis penuh Moderna direkomendasikan untuk suntikan ketiga, yakni mereka yang mengalami gangguan kekebalan sedang hingga parah. CDC memberi wewenang kepada orang-orang dalam kelompok ini untuk mendapatkan suntikan tambahan baik Pfizer atau Moderna, berdasarkan vaksin apapun yang mereka terima pada awalnya, sebelum mengizinkan booster untuk yang lainnya.
Menurut CDC, orang dengan sistem kekebalan sedang hingga parah sangat rentan terhadap Covid-19, dan mungkin tidak membangun tingkat kekebalan yang sama terhadap seri vaksin 2 dosis dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami gangguan kekebalan.
"Dosis tambahan ini dimaksudkan untuk meningkatkan respons orang dengan gangguan kekebalan terhadap seri vaksin awal mereka," tulis CDC.