REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Sebanyak 68 juta orang dewasa di Indonesia mengalami obesitas dikarenakan pola makan yang tidak sehat dan minimnya aktivitas fisik. Keterangan itu disampaikan Pelaksana Tugas Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes Elvieda Sariwati.
"Satu dari tiga orang dewasa, sekitar 35,4 persen, atau 68 juta orang dewasa itu mempunyai obesitas. Masalah ini cukup besar," kata Elvieda dalam diskusi tentang gizi dan obesitas pada acara Scaling Up Nutrition (SUN) Annual Meeting 2021 yang dipantau secara daring di Jakarta, Jumat (12/11).
Ia menjelaskan obesitas atau kegemukan juga terdapat pada anak-anak. Sebanyak satu dari lima anak Indonesia yang berusia 5 sampai 12 tahun. Artinya, 20 persen dari populasi anak secara nasional mengalami kegemukan.
Menurut Elvieda angka ini cukup mengkhawatirkan lantaran obesitas merupakan faktor risiko umum penyebab munculnya penyakit tidak menular. Obesitas berkaitan erat dengan penyakit tekanan darah tinggi dan diabetes melitus yang juga berkaitan dengan penyakit katastropik seperti gagal jantung dan strok.
Ia menjelaskan data Susenas 2017 mengungkapkan pola konsumsi pangan masyarakat Indonesia menjadi penyebab munculnya obesitas. "Dari hasil Susenas 2017 didapatkan data ternyata makanan dan minuman olahan serta siap saji merupakan jenis konsumsi terbesar sekitar 32,7 persen. Tentunya ini merupakan salah satu faktor risiko terjadinya obesitas karena tinggi gula," paparnya.
Menurutnya pola makan juga merupakan faktor risiko nomor satu pada kontribusi kematian dan kecacatan di Indonesia, terutama yang disebabkan oleh penyakit tidak menular. Selain pola makan yang tidak sehat, perilaku yang berisiko menyebabkan penyakit tidak menular adalah aktivitas fisik yang kurang.
Melihat perbandingan data Riskesdas 2013 dan 2018, terlihat peningkatan perilaku minimnya aktivitas fisik dari 26,1 persen menjadi 33,5 persen. Pola makan yang tidak sehat juga meningkat pada 2013 93,5 persen menjadi 95,5 pada 2018.