Ahad 14 Nov 2021 02:50 WIB

Covid-19, Bukan Waktunya Memberi Kelonggaran yang Kebablasan

Jumlah orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 di Tanah Air kembali bertambah.

Pengunjung berada di pusat perbelanjaan Grand Indonesia, Jakarta.. Seiring penurunan status PPKM menjadi level 1 di Jakarta, pusat perbelanjaan atau mal diizinkan beroperasi dengan kapasitas maksimal 100 persen hingga pukul 22:00 waktu setempat.Prayogi/Republika
Foto: Prayogi/Republika.
Pengunjung berada di pusat perbelanjaan Grand Indonesia, Jakarta.. Seiring penurunan status PPKM menjadi level 1 di Jakarta, pusat perbelanjaan atau mal diizinkan beroperasi dengan kapasitas maksimal 100 persen hingga pukul 22:00 waktu setempat.Prayogi/Republika

Oleh : Agung Sasongko, Jurnalis Republika.co.id

REPUBLIKA.CO.ID, Sejumlah wilayah Jawa-Bali mulai menerapkan level 1 dan Level 2 Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Sejumlah kelonggaran mulai diterapkan seperti lokasi wisata mulai dibuka, mal akan dibuka 100 persen, dan lainnya.

Kabar ini jelas menggembirakan, setelah beberapa bulan lalu, kita menghadapi gelombang kedua covid-19. Situasi yang menurut saya sangat memprihatinkan. Untuk itu, saya kira, penurunan level ini bukan berarti situasi pandemi telah dikendalikan.

Satuan Tugas Penanganan Covid-19 melaporkan ada tiga provinsi yang menunjukan tren peningkatan kasus Covid-19 pada pekan ini. Ketiga provinsi tersebut yakni Jawa Barat, Gorontalo, dan Maluku Utara. Selain itu, pada minggu sebelumnya, Satgas mencatat terdapat enam provinsi yang juga mengalami peningkatan kasus, yakni di Bengkulu, Lampung, DIY, Banten, Sulawesi Barat, dan Papua.

Beberapa waktu lalu, Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 menyebutkan jumlah orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 di Tanah Air kembali bertambah sebanyak 444 kasus, dan DKI Jakarta sebagai penyumbang kasus terbanyak, yakni 117 kasus.

Berdasarkan data Satgas Covid-19, Ahad (7/11), menyebutkan penyumbang kasus positif tertinggi berikutnya adalah Jawa Barat 99 kasus, Jawa Tengah 37 kasus, Jawa Timur 32 kasus, dan DI Yogyakarta 25 kasus. Dengan tambahan sebanyak 444 kasus tersebut, jumlah kasus positif COVID-19 yang Indonesia secara keseluruhan menjadi 4.248.165 kasus.

Selain ada tambahan kasus positif COVID-19, jumlah orang meninggal karena virus corona juga bertambah 11 jiwa menjadi, sehingga menjadi 143.545 jiwa.Walaupun demikian, Satgas COVID-19 menyebutkan bahwa jumlah kasus aktif di Indonesia terus menurun.

Satgas pun dalam pernyataannya menegaskan pentingnya untuk terus mengawasi pergerakan dan aktivitas masyarakat menjelang periode Natal dan Tahun Baru nanti. Selain itu, cakupan vaksinasi untuk membentuk kekebalan tubuh masyarakat penting untuk terus ditingkatkan dan diperluas sehingga dapat memberikan perlindungan maksimal.

Menurut data Satgas COVID-19, per tanggal 5 November 2021 pukul 12.00 WIB, Indonesia mencatat 204.913.735 suntikan dosis vaksin COVID-19 dengan rincian 123.824.199 suntikan dosis pertama, 77.687.838 suntikan kedua, serta 1.156.371 suntikan ketiga bagi tenaga kesehatan.

Satgas Covid-19 dalam pernyataannya menyebut, pencapaian Indonesia tersebut menunjukan bahwa Indonesia telah melewati milestone dari target yang telah ditetapkan oleh WHO, dan berada dalam arah yang sesuai menuju milestone selanjutnya.

Capaian tersebut juga menjadikan Indonesia masuk dalam lima negara dengan jumlah suntikan tertinggi bersama India, Amerika Serikat, Brazil, dan Jepang yang sekaligus berkontribusi dalam memvaksinasi hampir setengah penduduk dunia.

Namun, kabar mengejutkan tersiar dari Eropa. Dilansir ABC News, Direktur WHO untuk kawasan Eropa, Hans Kluge mengatakan Eropa saat ini menjadi pusat penyebaran kasus Covid-19 dengan meningkatnya kasus. Jumlah pasien Covid-19 yang harus dirawat di rumah sakit dan angka kematian kembali naik.

Selama empat pekan terakhir, Eropa mengalami kenaikan lebih dari 55 persen kasus baru COVID-19. Sekarang ada lebih banyak kasus di Uni Eropa, 78 juta, lebih banyak dari kasus gabungan di Asia Tenggara, Timur Tengah, Pasifik Barat, dan Afrika.

Kawasan Eropa yang mengalami peningkatan adalah seluruh negara Uni Eropa, Inggris, kemudian Rusia, Turki, Israel dan beberapa negara bekas Uni Soviet, seperti Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Turkmenistan dan Uzbekistan. Jumlah warga yang harus mendapat perawatan di rumah sakit juga meningkat lebih dari dua kali lipat dalam sepekan terakhir.

Pemerintah Austria merespon kondisi tersebut dengan membatasi pergerakan warganya yang belum divaksinasi Covid-19. Hal itu dilakukan saat negara tersebut menghadapi lonjakan kasus baru virus corona.

Kanselir Austria Alexander Schallenberg menetapkan mulai pekan depan, hanya warga yang telah divaksinasi atau pulih dari Covid-19 diizinkan untuk sering mengunjungi restoran, hotel, atau tempat publik lainnya. 

Di bawah aturan baru tersebut, tes negatif Covid-19 tidak lagi cukup untuk warga yang hendak mendapatkan layanan dengan kontak dekat seperti di salon. Selain itu, hanya warga yang telah divaksinasi atau telah pulih dari Covid-19 dapat menghadiri pertemuan 25 orang atau lebih.

Austria, yang memiliki populasi sembilan juta jiwa, melaporkan lebih dari 9.300 kasus baru Covid-19 pada Jumat. Selama beberapa hari terakhir, angka infeksi baru di sana selalu melampaui 5.000. Jika tak segera ditangani, fasilitas kesehatan di negara tersebut dapat menghadapi krisis.

Catatan ini saya kira perlu jadi perhatian kita semua. Disiplin protokol kesehatan tetap harus dikedepankan. Pemerintah perlu aktif untuk mengingatkan kepada warganya agar selalu ingat akan pelaksanaan protokol kesehatan. Tidak perlu lagi menghukum apalagi berbuat kasar. Cukup sosialisasikan dan ingatkan.

Jalankan patroli keliling, yang intinya menyiarkan kepada masyarakat untuk tetap menjaga jaga, mencuci tangan dan mengenakan masker. Saat ini, pada Sabtu dan Ahad justru cukup rawan untuk terjadinya pelanggaran protokol kesehatan.  Pasalnya, jalanan mulai padai dan lokasi wisata juga mulai ramai.

Saya kira, sudah tidak bisa lagi untuk santai melihat situasi tersebut. 

Perlu ada gerak cepat agar masyarakat tidak bablas. Dari sisi masyarakat, kedisplinan juga harus dijaga. Ikuti vaksinasi yang telah disiapkan pemerintah setempat. Selain itu, masyarakat ada baiknya selalu menjaga kesehatan diri. Seperti diungkap Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Adib Khumaidi, menjaga kesehatan diri maka bisa menjaga kesehatan orang sekitar lingkungan.

Jadi, jangan sampai diberi kelonggaran lalu kebablasan ya. Mencegah lebih baik daripada mengobati.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement