REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ridwan Saidi, Politisi Senior, Sejarawan, dan Budayawan Betawi.
Sampai dengan 1960-an masih banyak layanan cukur atau gunting rambut di bawah pohon. Di Gambir, Monas, Senen, Kota banyak barbershop under the tree atau cukur di DPR (cukur Di bawah Pohon Rindang). Murah ongkosnya. Rupa-rupa model guntingan requested dilayani.
Asal kita sebagai konstumer harus antisipasi pelbagai kemungkinan:
1. Hujan. Jangan cukur ketika mendung, karena kalau hujan turun deal pasti bubar. Sedang rambut digunting baru separo. Labih repot kalau cukur kumis baru separo, hujan turun.
2. Anduk butut. Mau cukur di bawah pohon jangan lupa bawa sapu tangan ukuran lebar. Ini untuk antisipasi anduk tukang cukur sudah butut. Anduk butut dililit di tengkok bisa menjangkit penyakit kulit: pano. Tolak anduk butut, pakai sapu tangan sendiri.
Tetapi di jaman seperti itu Indonesia dapat menjadi tuan rumah yang baik penyelenggaraan Asian Games. Hanya saja tak diakui IOC.
Baca juga : IATC Ditunda, Pembalap Indonesia Siap Start di Garis Depan
Sekarang kita lagi membangun secara besar-besaran seperti kata menteri lingkungan itu. Kata presiden juga pihak luar negeri sangat menghargai Indonesia. Uniknya, adanya klaim seperti itu tahu-tahu balap motor regional di Mandalika yang lagi berlangsung bermasalah dań ditunda karena tidak siap teknis. Kemudian muncul unjuk rasa dari warga soal lahan tanahnya yang digusur dan belum dibayar untuk proyek pembangunan sirkuit itu.
Pernyatannya: apa yang terjadi dengan panitia penyelenggara dan pemerintah terkait balapan di Mandalika tersebut? Jawabnya, sederhana saja. Masalah timbul karena tidak mempunyai perencanaan yang baik!
Jadi ibaratnya semua itu sama saja dengan cukur rambut di bawah pohon pada hari dengan mendung tebal menggelayut. Cukuran baru separuh jalan mendadak harus bubar gegara hujan turun. Padahal rambut dan kumis baru dicukur setengah.