REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Arba’iyah Satriani, Dosen Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Bandung
Pada tanggal 4 November 2021, publik dikejutkan dengan meninggalnya artis Vanessa Angel dan suaminya, dalam sebuah kecelakaan tunggal di Jalan Tol Nganjuk, Jawa Timur. Pada hari yang sama, ada pula kecelakaan rombongan dari Universitas Gajah Mada (UGM) di Jalan Tol Cipali-Cikampek yang menyebabkan Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof I Gede Suparta Budisatria, meninggal dunia. Membandingkan informasi dan berita di media massa dan media sosial antara kedua peristiwa tersebut, bagaikan siang dan malam. Tak bisa dibandingkan meskipun sama-sama kecelakaan di jalan tol dan sama menewaskan sebagian penumpangnya.
Peristiwa pertama, tak hanya mendapat perhatian dari media massa tetapi juga ramai di jagat dunia maya atau media sosial. Ucapan keterkejutan, bela sungkawa maupun simpati terus muncul hingga beberapa hari berikutnya. Ya, memang ini bisa dibilang peristiwa yang tragis. Apalagi sesaat sebelumnya, sang pesohor memperbarui statusnya dengan pernyataan yang seperti terkesan misterius dan mengisyaratkan peristiwa yang akan terjadi selanjutnya.
Lalu muncul beberapa pendapat berbeda dari netizen. Mengapa kematian sang artis begitu mendapat perhatian? Jawabannya kurang lebih karena beberapa hal berikut. Pertama, artis ini pernah mencuat karena tindakan buruknya beberapa waktu lalu, tak hanya sekali tetapi dua kali. Sejak itu sepak terjang perempuan yang kerap menjadi pemeran utama dalam Film Televisi (FTV) ini terus dipantau oleh media maupun netizen. Media sosial telah sangat memudahkan “pemantauan” ini. Hal tersebut ditambah kenyataan bahwa ia pun terbuka mengenai kehidupan pribadinya di media sosial (medsos), jadi klop.
Kedua, peristiwa meninggalnya Vanessa ini juga terjadi saat ia tampak sangat berbahagia dengan keluarganya. Tak ada cerita apapun tentangnya selain kebahagiaan tersebut. Ketiga, ia meninggal bersamaan suaminya dengan kondisi yang tragis dalam suatu kecelakaan tunggal yang bisa dibilang sangat mendadak dan mengejutkan.
Baca juga : Sempat Diretas, IG Ustadz Erick Yusuf Dikembalikan Hacker
Keempat, ia dan suaminya meninggal bersama tetapi anaknya yang masih balita selamat bersama sang sopir dan pengasuh anaknya. Ini menjadi suatu yang sangat menyentuh rasa kemanusiaan kita. Kelima, unggahan di media sosialnya sebelum peristiwa kecelakaan terjadi turut menjadi viral yang membuat semua orang berpikir kaitan antara kecelakaan dengan firasat sebelumnya. Sebagian dari masyarakat kita memang sangat akrab dengan firasat sebelum kejadian.
Setidaknya, kelima hal tersebut telah menyebabkan peristiwa kecelakaan tunggal yang melibatkan seorang pesohor di Indonesia ini menjadi demikian viral, demikian menyita perhatian hampir sebagian besar kita di negeri ini. Tragis dan ironis, itulah mungkin dua kata yang bisa menggambarkan peristiwa tersebut. Ini belum ditambah lagi dengan pengakuan beberapa netizen pemilik online shop (olshop) yang mengungkapkan kebaikan hati sang pesohor sebagai influencer di medsosnya.
Bagaimana dengan peristiwa kecelakaan sivitas akademika UGM? Mereka memang orang penting dan terkemuka di bidangnya masing-masing. Mereka juga bukan orang sembarangan. Namun, rombongan yang mengalami kecelakaan di Tol Cipali-Cikampek ini tidak memenuhi sebagian besar unsur-unsur berita untuk menjadi viral seperti kasus pertama di atas. Terjadi “kejomplangan” pemberitaan yang kemudian memunculkan berbagai komentar.
Unsur berita
Dari bingkai jurnalistik, kedua peristiwa tersebut kayak diberitakan. Jika menilik definisi unsur-unsur berita seperti disebutkan oleh wartawan senior Djafar H. Assegaff, maka unsur aktual, (terkini, kebaruan), jarak, penting (interest), luar biasa (extraordinary), akibat yang ditimbulkan, ketegangan (suspence), mengandung konflik, seks, kemajuan yang dimiliki (progress), emosi, humor, menjadi unsur yang menyebabkan sebuah berita menarik. Kasus kecelakaan rombongan UGM memenuhi sebagian unsur berita tersebut sehingga diberitakan tetapi tidak menjadi perbincangan yang terus-menerus di masyarakat. Namun kecelakaan yang dialami Vanessa Angel memenuhi hampir semua kriteria tersebut. Jadi, tidak mengherankan jika peristiwa tersebut viral di media sosial maupun di media arus utama (mainstream media).
Baca juga : Pembalap MotoGP Beri Penghormatan kepada Rossi
Dengan kata lain, semua keriuhan di media sosial yang ditimpali dengan simultannya pemberitaan di media online adalah suatu kewajaran belaka. Dari semua sisi kejurnalistikan, peristiwa meninggalnya Vanessa dalam kecelakaan tunggal di Tol Nganjuk itu memang menarik untuk dikupas dari berbagai sudut pandang (angle) tanpa mengada-ada seperti yang biasanya dilakukan oleh beberapa tayangan infotainment demi meraih rating yang tinggi. Tinggal bagaimana media massa mengemas semua informasi dan mengolahnya menjadi pemberitaan yang tak hanya heboh tetapi juga memiliki sisi edukasi.
Seperti diungkapkan oleh Prof Dr Phill Hermin Indah Wahyuni, dalam Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Dalam Bidang Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada pada 9 November lalu, komunikasi dengan etika seharusnya menjadi solusi, bukan sekadar terjebak dalam keriuhan yang tak meninggalkan manfaat apapun. Karena itu, dalam situasi yang serbaviral tanpa memperhatikan urgensi konten, jurnalistik seharusnya hadir dan bisa mengambil peran lebih besar untuk meningkatkan kemanfaatannya di masyarakat sekaligus menguatkan eksistensinya.
Dalam kaitan itu, media massa melalui teknik jurnalistiknya seharusnya bisa sigap menangkap peluang tersebut. Bukan dengan “hanyut” memenuhi keingintahuan masyarakat terhadap hal-hal yang bersifat hiburan tetapi lebih jauh lagi. Yaitu memanfaatkan rasa ingin tahu masyarakat dengan memberikan informasi yang lebih bernilai. Misalnya, para jurnalis yang biasa liputan tentang jalan tol, bisa membuat liputan mendalam mengenai keselamatan jalan tol, bagaimana jalan tol dibangun dan membandingkan situasi jalan tol di indonesia dengan di negara lain, terutama negara yang mirip dengan Indonesia situasi dan kondisinya
Sementara wartawan yang biasanya liputan di bidang kriminalitas dan perkotaan, bisa menggali informasi lebih dalam mengenai jumlah kecelakaan lalu-lintas yang terjadi di jalan tol, kecenderungan penyebabnya, upaya mengantisipasinya dan juga bagaimana para pengemudi diproses secara hukum setelahnya. Sedangkan untuk kasus anaknya, para wartawan yang bisa meliput kesehatan bisa memperdalam informasi mengenai trauma pada anak dengan mewawancarai psikolog atau konsultan pendidikan.
Melalui penggabungan nilai-nilai jurnalistik dengan keingintahuan masyarakat, sebuah media massa akan menjadi selangkah lebih unggul dibandingkan media lainnya. Penyebabnya, informasi-informasi yang tepercaya dari sumber-sumber yang tepercaya akan lebih mudah diakses oleh masyarakat, baik kalangan muda maupun audiens yang lebih matang dari sisi usia. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa informasi yang benar akan menarik banyak perhatian saat dikaitkan dengan situasi kekinian dan dikemas dengan cara yang menarik pula.
Baca juga : Pertamina Pastikan Stok BBM dan LPG Aman Pascakebakaran
Media massa yang dibangun dengan dasar yang kuat tak seharusnya hanya ikut-ikutan hal-hal yang sedang viral semata. Bahwa masyarakat umum cenderung mengambil yang mudah dan cepat, itu adalah hak mereka. Namun media massa yang mempunyai tanggung jawab untuk mengedukasi masyarakat seharusnya lebih tanggap dan maju dalam menyikapi hal-hal seperti itu. Tujuannya, selain memberikan pilihan yang beragam kepada masyarakat, secara langsung maupun tidak langsung, hal tersebut akan membuat media massa lebih dikenal masyarakat; lebih dicari informasinya dan lebih eksis dalam menjalankan perannya.