REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti herpetologi dari Pusat Riset Biologi Badan Riset dan Inovasi (BRIN) Amir Hamidy beserta tim berhasil mengidentifikasi dua katak jenis baru dari Sumatera, yaitu katak-tanduk sumatera-selatan (Megophrys selatanensis) dan katak-tanduk aceh (Megophrys acehensis). "Setiap spesies Megophrys di Sumatera kemungkinan memiliki distribusi terbatas," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin (15/11).
Amir mengatakan dari lima jenis yang terdapat di Sumatera, empat di antaranya merupakan jenis endemik. Selain endemik, marga Megophrys ditemukan di hutan dataran tinggi dan rendah
Menurut dia, perubahan habitat dari hutan menjadi lahan pertanian dan perkebunan sawit merupakan ancaman terbesar terhadap kelestarian katak jenis itu. Selain itu, katak dari genus Megophrys memiliki keragaman morfologi yang samar.
Dua jenis baru Megophrys dari Sumatera tersebut berhasil diidentifikasi berdasarkan evaluasi status taksonomi dengan menggunakan data molekuler dan morfologi. Saat melakukan survei herpetofauna di seluruh jajaran Pegunungan Bukit Barisan Sumatera, peneliti menemukan populasi Megophrys Sumatera bagian selatan dengan kulit punggung halus yang secara morfologis mirip dengan M montana dari Jawa dan populasi yang menyerupai kulit punggung M parallela dari Sumatera bagian utara.
Amir bekerja sama dengan para kolaboratornya yakni Kanto Nishikawa dari Universitas Kyoto, Jepang dan Eric N Smith dari Universitas Texas at Arlington, AS dalam mengidentifikasi spesies baru itu. Salah satu anggota tim yang mengidentifikasi spesies tersebut, Misbahul Munir, yang juga menjadi penulis pertama dalam penemuan itu, menuturkan katak-tanduk yang sering dikenal dengan nama ilmiah marga Megophrys memiliki karakter unik, di mana ujung moncong dan kelopak matanya termodifikasi menjadi tonjolan lancip (menyerupai tanduk).
Mahasiswa S3 di Universitas Kyoto di Jepang itu mengatakan berudu dari marga Megophrys juga memiliki karakter unik di mana mulutnya termodifikasi menjadi bentuk corong yang melebar. Saat ini, 13 spesies Megophrys diketahui terdapat di Asia Tenggara, antara lain Thailand, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Filipina.
Kalimantan memegang rekor tertinggi karena enam spesies di antaranya ditemukan di pulau itu. Pada 2018 Amir beserta tim berhasil mengidentifikasi latak-tanduk lancip (Megophrys lancip) dari Sumatera, dan pada 2019 ditemukan Katak-tanduk Kalimantan (Megophrys kalimantanensis).