Selasa 16 Nov 2021 20:41 WIB

Studi Sebut Facebook Kumpulkan Data Halaman Browser

Studi menyebut Facebook dan Instagram mengumpulkan data browsing anak remaja.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani / Red: Dwi Murdaningsih
FILE - Ikon Facebook dan WhatsApp terlihat pada iPhone di Gelsenkirchen, Jerman, 15 November 2018. Ponsel enam aktivis hak asasi manusia Palestina terinfeksi spyware dari perusahaan peretas Israel yang terkenal, NSO Group. pada Juli 2020, seorang peneliti keamanan menemukan hanya beberapa hari sebelum menteri pertahanan Israel mencap beberapa organisasi teroris majikan mereka.
Foto: AP/Martin Meissner
FILE - Ikon Facebook dan WhatsApp terlihat pada iPhone di Gelsenkirchen, Jerman, 15 November 2018. Ponsel enam aktivis hak asasi manusia Palestina terinfeksi spyware dari perusahaan peretas Israel yang terkenal, NSO Group. pada Juli 2020, seorang peneliti keamanan menemukan hanya beberapa hari sebelum menteri pertahanan Israel mencap beberapa organisasi teroris majikan mereka.

REPUBLIKA.CO.ID, CALIFORNIA -- Studi menyebutkan Facebook dan Instagram mengumpulkan data dari anak di bawah 18 tahun. Data dikumpulkan menggunakan perangkat lunak yang melacak aktivitas penjelajahan web pengguna.

Perusahaan induk platform mengatakan pada Juli lalu bahwa pelacakan itu memungkinkan pengiklan untuk menargetkan pengguna muda hanya berdasarkan tiga kategori yakni usia, jenis kelamin, dan lokasi.

Baca Juga

Namun, penelitian oleh tiga lembaga menyatakan bahwa Facebook dan Instagram tetap menggunakan perangkat lunak, yang dikenal sebagai API konversi, yang mengumpulkan detail aktivitas penjelajahan web remaja.

Dilansir dari The Guardian, Selasa (16/11) penelitian itu dilakukan oleh kelompok lingkungan Global Action Plan, Reset Australia, yang mencari reformasi perusahaan teknologi besar, dan Fairplay, yang berkampanye menentang pemasaran kepada anak-anak.

Pemilik Facebook dan Instagram, Meta, membantah data tersebut digunakan oleh sistem pengiriman iklan berbasis algoritme perusahaan untuk menayangkan iklan pada pengguna yang berusia di bawah 18 tahun.

Dalam sebuah surat terbuka kepada Mark Zuckerberg, kepala eksekutif Meta, 44 kelompok advokasi mendesak pendiri Facebook untuk membatalkan pengumpulan data. 

Penandatanganan surat itu termasuk 5Rights, yang mengkampanyekan kontrol online lebih ketat untuk anak-anak di Inggris, dan Center for Digital Democracy yang berbasis di AS.

Studi Facebook membuat tiga akun palsu, untuk anak berusia 13 tahun dan dua anak berusia 16 tahun. Para peneliti dapat melihat data yang dikumpulkan oleh perangkat lunak perusahaan di Facebook, Instagram, dan Messenger, saat “pengguna” mengunjungi situs seperti koran lokal dan pengecer pakaian.

Para peneliti menemukan bahwa “Facebook dapat mengumpulkan data dari tab dan halaman browser lain yang dibuka anak-anak dan mengumpulkan informasi seperti tombol mana yang mereka klik, istilah apa yang mereka cari atau produk yang mereka beli atau masukkan ke dalam keranjang mereka (‘konversi’). Tidak ada alasan untuk menyimpan data konversi semacam ini, kecuali untuk mendorong sistem penayangan iklan.”

Jos Osborne, juru bicara Meta membantah hal tersebut. “Adalah salah untuk mengatakan bahwa karena kami menampilkan data dalam alat transparansi kami, itu secara otomatis digunakan untuk iklan. Kami tidak menggunakan data dari situs web dan aplikasi pengiklan dan mitra kami untuk mempersonalisasi iklan kepada orang-orang di bawah 18 tahun,” kata Juru Bicara Meta, Jos Osborne.

“Alasan informasi ini muncul di alat transparansi kami adalah karena remaja mengunjungi situs atau aplikasi yang menggunakan alat bisnis kami. Kami ingin memberikan transparansi pada data yang kami terima, meskipun tidak digunakan untuk personalisasi iklan,” ujar dia lagi.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement