REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak-anak yang terpapar tontonan tidak sesuai dengan usianya rentan mengalami stres. Hal ini dipicu produksi hormon adrenalin dan kortisol yang lebih banyak.
Dokter spesialis kedokteran Jiwa dr. Feilin Tanita dari Universitas Sebelas Maret Surakarta mengatakan anak-anak dapat mengalami stres saat menonton atau main game mengenai kekerasan atau horor. Maka dari itu, orang tua perlu mendampingi anak ketika sendang menonton.
"Anak belum bisa membedakan mana akting dan kenyataan, otak menganggap itu nyata dan direspons sebagai bahaya," kata Feilin yang juga menjabat Ketua Bhayangkari Cabang Manokwari dalam Gerakan Literasi Sejuta Pemirsa (GLSP) yang diselenggarakan KPI di Sorong, Rabu (17/11)
Lantaran menganggap apa yang ditonton sebagai bahaya, otak anak kemudian memproduksi hormon adrenalin dan kortisol yang lebih banyak. Kadar adrenalin yang banyak dan berkepanjangan bisa mengganggu hampir semua proses di dalam tubuh.
Anak jadi berdebar-debar karena detak jantung lebih cepat, tekanan darahnya tinggi. Selain itu, ada peningkatan lemak dalam darah, peningkatan gula darah juga pembekuan darah yang lebih cepat sehingga menimbulkan plak.
Kadar adrenalin yang terlalu banyak juga merangsang tiroid, menimbulkan gangguan pencernaan, gangguan tidur, gelisah dan depresi hingga penurunan konsentrasi serta daya ingat. Oleh karena itu, dia mengajak orangtua untuk senantiasa mendampingi buah hatinya dalam menonton televisi dan memastikan konten yang dikonsumsi sesuai dengan usianya.
Ada beberapa isi acara televisi yang patut diwaspadai, kata dia, seperti kekerasan dalam film, sinetron atau berita, konten pornografi, konten berisi kejahatan di mana tokoh jahat kerap lebih sering dieksoloitasi dibandingkan orang baik sampai acara mistis.Orangtua juga perlu untuk memastikan agar buah hati tidak terjebak dalam pola menonton yang membuatnya ketagihan dan ketergantungan.
Sebagai contoh, buatlah kesepakatan dengan buah hati soal jadwal menonton, acara yang bisa dinikmati dan durasi menonton televisi."Dampingi anak saat menonton sehingga orangtua bisa memberi pemahaman tentang kepura-puraan dalam film. Diskusikan juga pesan moral yang bisa menambah kehangatan dan komunikasi anak serta orangtua," kata dia.