REPUBLIKA.CO.ID,
Oleh: Gumanyi Awaliyah
Para peneliti Stanford telah mengembangkan sintetis molekul terbaru yang menggabungkan agen penargetan tumor dengan molekul lain yang memicu aktivasi kekebalan. Imunoterapi yang menargetkan tumor ini dapat diberikan secara intravena dan menuju ke satu atau beberapa lokasi tumor di dalam tubuh, di mana ia merekrut sel-sel kekebalan untuk melawan kanker.
Tiga dosis imunoterapi baru ini memperpanjang kelangsungan hidup enam dari sembilan tikus laboratorium dengan kanker payudara triple negatif yang agresif. Dari enam, tiga tikus dinyatakan sembuh dari kanker selama beberapa bulan studi. Dosis tunggal molekul ini menginduksi regresi tumor lengkap pada lima dari 10 tikus. Molekul sintetis menunjukkan hasil yang serupa pada model tikus yang menderita kanker pankreas.
"Hasil ini cukup mencengangkan. Ketika kami melihat ke dalam tumor, kami melihat mereka berubah dari lingkungan mikro yang sangat imunosupresif menjadi penuh dengan sel B dan T yang diaktifkan. Jadi, kami mencapai hasil injeksi intra-tumor namun dengan pengiriman IV," kata Ketua Departemen Bioteknologi Stanford, Jennifer Cochran.
Sebuah makalah yang menjelaskan penelitian ini dipublikasikan secara online pada 12 November di Cell Chemical Biology. Penulis utama studi ini adalah mahasiswa pascasarjana Caitlyn Miller dan instruktur kedokteran Idit Sagiv-Barfi. Sementara Cochran berperan sebagai penulis senior bersama Baker Family Director of Stanford Anne T, dan Profesor di School of Humanities and Science Robert M Bass.
Perawatan ini didasarkan pada penelitian sebelumnya yang ditulis bersama oleh Levy dan Sagiv-Barfi di mana agen pengaktif kekebalan yang sama dan yang berbeda disuntikkan langsung ke lokasi tumor. Studi itu menunjukkan bahwa kombinasi tersebut dapat membasmi tumor pada tikus serta metastasis jauh. Cara ini juga memblokir perkembangan tumor yang direkayasa secara genetik yang bisa berubah jadi kanker payudara.
"Hasil yang mengejutkan dari penelitian ini adalah bahwa pembentukan lingkungan mikro tumor oleh molekul yang diberikan secara intravena ini identik dengan yang dicapai dengan menyuntikkan zat perangsang kekebalan langsung ke dalam tumor," kata Levy.
Lebih banyak penelitian diperlukan untuk menentukan kapan molekul yang disebut PIP-CpG akan siap untuk diuji pada manusia. Tetapi karena bagian molekul penargetan tumor (PIP) mengenali protein tertentu yang disebut integrin, yang ditemukan pada tingkat tinggi permukaan sel kanker, studi lanjutan dimungkinkan menemukan obat untuk pasien dengan berbagai kanker.
“PIP adalah agen penargetan tumor yang sangat serbaguna karena dapat melokalisasi begitu banyak jenis tumor yang berbeda. Juga, molekul yang sama aktif secara biologis pada tikus, primata, dan manusia," kata Miller seperti dilansir dari The Brighter Side, Kamis (18/11).
Sementara itu, Cochran telah mempelajari kemampuan PIP untuk mencari dan mengikat integrin pada permukaan sel kanker. Menggabungkan molekul-molekul ini ke probe yang dapat divisualisasikan melalui pencitraan gelombang inframerah-dekat memungkinkan para peneliti melacak lokasi kanker yang sulit dilihat di dalam tubuh.
Jenis tumor tertentu, termasuk beberapa kanker payudara, memanfaatkan jalur pengaturan alami untuk menekan aktivitas sel kekebalan pembunuh kanker yang telah menyusup ke tumor, menjadikannya cold tumor secara imunologis. Miller dan Sagiv-Barfi menemukan bahwa pengobatan PIP-CpG mengubah tumor kanker payudara pada tikus menjadi hot tumor yang penuh dengan sel T dan B yang diaktifkan.
“Setelah lebih dari 10 tahun bekerja di PIP, merupakan suatu kebanggaan untuk mengalami konvergensi keahlian yang memungkinkan kami mengembangkan strategi pengobatan kanker baru yang sangat menjanjikan,” kata Cochran.