REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kementerian Kesehatan, Dr Siti Nadia Tarmizi, MEpid, mengatakan, vaksinasi influenza masih menjadi bagian upaya pengendalian sekaligus mencegah angka kesakitan dan kematian pasien penyakit menular itu. "Ini penting kalau melihat vaksinasi pada orang dewasa harus kita lakukan sebagai upaya pencegahan terutama kalau kita melihat COVID-19 bagian dari pandemi influenza dan virus yang bermutasi," ujar dia dalam konferensi virtual, Jumat (19/11).
Infuenza tergolong penyakit pernapasan menular yang disebabkan virus influenza. Ada berbagai jenis virus influenza yakni influenza musiman seperti tipe A, B, dan C. Kemudian, influenza harian contohnya avian influenza yang menular dari hewan ke manusia. Selain itu, adapula influenza pandemi yakni virus subtipe baru yang bersikulasi antar manusia. Sementara manusia tidak mempunyai imunitas terhadap virus baru tersebut.
"Pandemi terjadi karena kelompok masyarakat yang semula telah kebal secara alamiah atau akibat vaksinasi tetapi tidak kebal terhadap varian baru sehingga rentan terinfeksi dan menularkan pada orang lain," kata Nadia.
Anak-anak terutama diketahui sebagai penular virus influenza dengan usia 5-9 tahun menunjukkan tingkat infeksi tertinggi. Tetapi, bila terkait angka kesakitan dan kematian, lebih sering pada orang tua dan kelompok risiko tertentu. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan pemberian vaksin flu musiman sekali setahun pada individu mulai dari usia enam bulan hingga usia dewasa, khususnya untuk anak dan kelompok dengan risiko tinggi.
Vaksin flu memiliki efektivitas selama satu tahun, dan untuk perlindungan optimal perlu dilakukan pengulangan setiap satu tahun sekali karena galur atau strain virus flu yang dominan beredar dapat berubah-ubah. Dengan vaksinasi, masyarakat akan terlindungi dari flu, dan apabila masih terserang penyakit flu, gejala dan akibat yang ditimbulkan tidak akan seberat yang tidak vaksin.
Pemberian vaksin flu mampu menurunkan risiko influenza dan komplikasinya pada anak hingga 60 persen. Vaksinasi flu juga penting dilakukan pada kelompok berisiko tinggi, seperti lansia dan orang dengan kondisi medis kronis tertentu, untuk membentuk antibodi terhadap virus influenza.
Terkait penanggulangan influenza, Nadia menuturkan, Kementerian Kesehatan memonitor dan melakukan surveilans atau pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data secara sistemik dan terus menerus serta penyebaran informasi. Tujuannya untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat influenza serta meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan untuk menghadapi pandemi. Di sisi lain, Kementerian Kesehatan juga berupaya dalam penguatan tata laksana dan mengendalikan faktor risiko influenza.
"Kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza di Indonesia. Deteksi, manajemen klinis, perubahan perilaku, vaksinasi serta penguatan sistem kesehatan," tutur Nadia.
Senada dengan Nadia, Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia, Prof DR dr Iris Rengganis, SpPD-K-AI, juga berpendapat promosi cakupan vaksinasi masih menjadi strategi yang diprioritaskan untuk mengendalikan pandemi secara efisien dan mencegah penyakit flu musiman.
"Kami mengusung pentingnya vaksinasi influenza pada masa pandemi COVID-19," demikian ujar Iris.
Data dari WHO menunjukkan, pada 2018 terdapat 3-5 juta orang di seluruh dunia terkena infeksi influenza berat setiap tahun. Dari jumlah tersebut, diperkirakan 290.000 hingga 650.000 orang meninggal per tahunnya.