Senin 22 Nov 2021 03:06 WIB

Pemerintah Harap Ada 3 Juta Kendaraan Listrik pada 2030

Kendaraan listrik sebagai salah satu upaya untuk menurunkan emisi karbon.

Ilustrasi Mobil Listrik
Foto: Mgrol101
Ilustrasi Mobil Listrik

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah berharap pada tahun 2030 terdapat 3 juta kendaraan listrik. Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Sony Sulaksono mengatakan mobil listrik diharapkan mampu menurunkan emisi CO2 sebesar 4,6 juta ton.

"Sesuai dengan roadmap yang sudah dibuat bahwa kendaraan bermotor listrik berbasis baterai, salah satunya roda dua. Ini angka yang cukup lumayan dengan asumsi 3 juta (kendaraan listrik). Kalau bisa lebih ya lebih bagus," kata Sony dalam sebuah acara virtual, Kamis.

Baca Juga

Sony melanjutkan, saat ini sudah ada 22 produsen kendaraan bermotor listrik di Indonesia. Ekosistem ini diharapkan akan terus berkembang.

"Mudah-mudahan terus berkembang karena kami juga punya roadmap untuk melakukan popularisasi kendaraan bermotor listrik berbasis baterai ini," ujarnya.

Menurut Sony, pembelian kendaraan listrik oleh kementerian maupun lembaga instansi pemerintah dapat menjadi salah satu upaya mendorong perkembangan ekosistem kendaraan bermotor listrik. Melihat harga kendaraan listrik yang lebih tinggi dari kendaraan biasa, Sony mengatakan bahwa masyarakat perlu diedukasi. Salah satunya dengan membangun citra positif dengan menampilkan keunggulan-keunggulannya.

"Harus ditanamkan bahwa motor listrik ini berbeda, prestisius, sehingga wajar kalau harganya di atas yang biasa. Kemudian, swap baterai ini juga salah satu cara untuk membuat harga kendaraan listrik ini mendekati harga motor konvensional," tutur dia.

Sony mengatakan, pemanfaatan kendaraan listrik tersebut merupakan salah satu strategi pemerintah untuk mencapai net zero emission atau emisi nol persen pada 2060. Menurut dia, hal tersebut penting dilakukan karena seluruh dunia kini tengah mencari jalan keluar atas krisis perubahan iklim dan Indonesia harus turut berkontribusi.

"Terakhir kan pada COP26 di Glasgow, para pemimpin dunia berkumpul mencarikan jalan keluarnya dan tentunya setiap negara berkewajiban untuk memberikan kontribusinya," kata Sony.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement