Senin 22 Nov 2021 22:59 WIB

Kebutuhan Booster Masih Dipertanyakan

Tidak semua pakar setuju 'booster' dibutuhkan semua orang, khususnya orang sehat.

Tidak semua pakar setuju 'booster' dibutuhkan semua orang, khususnya orang sehat.
Foto: PxHere
Tidak semua pakar setuju 'booster' dibutuhkan semua orang, khususnya orang sehat.

REPUBLIKA.CO.ID, 

Oleh: Puti Almas

Baca Juga

Di seluruh Eropa, pandemi Covid-19 tidak menunjukkan tanda-tanda mereda. Dengan jumlah kasus penyakit yang meningkat, sejumlah negara di benua tersebut memutuskan untuk menerapkan pembatasan lebih lanjut. 

Di Austria, lockdown atau karantina wilayah terbaru diumumkan pada akhir pekan lalu. Selain itu, vaksinasi akan diwajibkan kepada seluruh warga di negara itu mulai 1 Februari lalu. 

Vaksinasi dianggap sebagai upaya yang menjanjikan untuk mengakiri pandemi. Saat ini, vaksin Covid-19 tersedia dalam dua dosis. Sementara, dosis ketiga dikenal sebagai booster atau tambahan yang diperuntukkan bagi kalangan khusus, seperti tenaga medis dan orang-orang yang dianggap rentan.

Namun,  di Eropa, booster dianggap menjadi keperluan untuk semua orang. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson bahkan mengatakan dosis ketiga akan dianggap sebagai dosis lengkap, bukan hanya sekadar tambahan. 

“Seiring waktu, perlindungan dari dua dosis mulai berkurang. Dosis ketiga akan meningkatkan perlindungan kembali hingga lebih dari 90 persen terhadap infeksi simtomatik,” ujar Johnson dalam sebuah pernyataan, dilansir Euro News, Senin (22/11). 

Di Inggris, dosis ketiga telah diizinkan untuk orang berusia di atas 50 tahun dan dianggap rentan karena memiliki penyakit bawaan sejak awal September. Johnson mengatakan, Inggris menargetkan pemberian 10 juta dosis booster sebelum akhir tahun ini.

Banyak negara Eropa telah meluncurkan kampanye vaksin booster dalam beberapa pekan terakhir. Namun, hanya 3,7 persen dari populasi benua itu yang menerima dosis ketiga tersebut.

Di Prancis, orang-orang yang berusia di atas 65 tahun sejak September telah menerima booster. Termasuk mereka yang dianggap rentan, hingga pengasuh atau pendamping dari golongan ini. 

Meski demikian, Akademi Kedokteran Prancis menolak jika dosis ketiga vaksin Covid-19 menjadi syarat perjalanan dan banyak keperluan lainnya untuk setiap orang seperti halnya vaksin dua dosis. Organisasi mengatakan bahwa tidak dapat diterima hal ini diberlakukan, padahal ada fakta bahwa masih banyak orang tua dan kelompok rentan lainnya di negara lain masih menunggu dosis pertama vaksin mereka.

Sekretaris Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa suntikan booster enam kali lebih banyak diberikan di seluruh dunia setiap hari daripada dosis utama di negara-negara berpenghasilan rendah. Ini menurutnya adalah sebuah skandal yang harus dihentikan sekarang.

"Tidak masuk akal untuk memberikan booster kepada orang dewasa yang sehat, atau untuk memvaksinasi anak-anak, ketika petugas kesehatan, orang tua dan kelompok berisiko tinggi lainnya di seluruh dunia masih menunggu dosis pertama mereka," jelas Tedros dalam sebuah pernyataan.

David Nabarro, utusan khusus WHO untuk penanganan Covid-19, mengatakan bahwa langkah mewajibkan booster vaksin

akan menjadi strategi kesehatan masyarakat yang tidak tepat. Ia mengatakan bahwa apa yang perlu dilakukan adalah pendekatan kombinasi dan intervensi kesehatan lainnya, seperti protokol kesehatan penggunaan masker, jaga jarak, dan lainnya.

“Yang perlu dilakukan yaitu melakukan segala yang mungkin untuk memberdayakan orang agar tidak terinfeksi oleh patogen," jelas Nabarro.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement