Rabu 24 Nov 2021 12:36 WIB

Vaksin Infeksi Saluran Kemih, Solusi Resistensi Antibiotik?

Vaksin diharapkan menjadi terobosan dalam pengobatan infeksi saluran kemih.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda
 Bakteri mycoplasma penyebab infeksi saluran kemih. Peneliti tengah mengembangkan vaksin infeksi saluran kemih.
Foto: Shutterstock
Bakteri mycoplasma penyebab infeksi saluran kemih. Peneliti tengah mengembangkan vaksin infeksi saluran kemih.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para peneliti di University of Texas telah mempelajari penggunaan vaksin sel utuh untuk mengatasi infeksi saluran kemih (ISK). Bakteri penyebab ISK diketahui telah mengalami resisten terhadap berbagai antibiotik, sehingga vaksin diharapkan menjadi terobosan baru dalam pengobatan.

Studi ini telah diterbitkan dalam American Chemical Society ACS Nano Journal. Asisten profesor ilmu biologi Dr Nicole De Nisco dan profesor kimia dan biokimia Dr Jeremiah Gassensmith, belum lama ini mendemonstrasikan penggunaan metal-organic frameworks (MOFs) untuk menonaktifkan seluruh sel bakteri dan membuat depot yang memungkinkan vaksin bertahan lama di dalam tubuh.

Baca Juga

Studi ini telah diuji coba pada tikus, dan terbukti bisa menghasilkan antibodi yang lebih kuat dan tingkat kelangsungan hidupnya juga jauh lebih tinggi dibandingkan dengan metode vaccine preparation sel utuh standar.

American Urological Association memperkirakan, ada 150 juta kasus ISK terjadi setiap tahun di seluruh dunia. Jika tidak berhasil diobati, ISK dapat menyebabkan sepsis yang bisa berakibat fatal. Apalagi jika mengalami infeksi ulang yang umumnya terjadi pada wanita pascamenopause, meski ISK harus tetap diwaspadai oleh semua wanita.

"Setiap infeksi ulang lebih sulit untuk diobati. Bahkan jika Anda membersihkan bakteri dari kandung kemih, populasinya tetap ada di tempat lain dan biasanya menjadi semakin resisten terhadap antibiotik," tambah De Nisco seperti dilansir dari Times Now News, Selasa (23/11).

Vaksin ini bekerja dengan memasukkan sejumlah kecil kuman penyebab penyakit yang terbunuh atau dilemahkan, atau beberapa komponennya, ke dalam tubuh. Antigen ini mendorong sistem kekebalan untuk menghasilkan antibodi terhadap penyakit tertentu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement