REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah penelitian menunjukkan bahwa perempuan merupakan sosok yang paling banyak mengalami stres di masa pandemi. Psikolog Inez Kristanti, MPsi, mengatakan, peneltian dari UN Woman menyatakan bahwa perempuan lebih banyak mengalami peningkatan stres dan kecemasan dibandingkan laki-laki. Sebanyak 57 persen perempuan mengalami peningkatan stres, sementara pada laki-laki sekitar 48 persen.
“Kalau kita lihat mengapa bisa seperti itu? Mungkin itu juga karena tugas atau kewajiban yang dibebankan pada perempuan,” ujarnya di sela acara Virtual Press Conference Sunsilk Dukung Perempuan Indonesia Berani Meraih Mimpi Dan Jadi #TakTerhentikanTukBerkilau, belum lama ini.
Ia mengatakan, tidak bisa pungkiri bahwa tugas domestik menjadi beban perempuan. Padahal, tugas tersebut bisa juga dikerjakan oleh laki-laki. Suami dan istri seharusnya bisa membagi tugas domestik.
Belum lagi di era pandemi, masyarakat lebih banyak berdiam diri dirumah. Perempuan yang sudah memiliki anak dan pekerjaan banyak, mulai dari mengurus anak, menemani anak sekolah daring, juga bekerja.
Perempuan yang bekerja juga memikirkan terkait pekerjaanya yang aman, hingga keuangan keluarga. Tanggung jawab yang cukup banyak ini memicu perempuan menjadi stres.
Tetapi yang menarik, menurut Inez, sebuah penelitian di Spanyol mengatakan bahwa memang diawal pandemi, perempuan mengalami tantangan kesehatan mental yang cukup berat dibandingkan laki-laki. Namun, mereka dapat dengan segera mengatasinya. Seiring berjalannya waktu, perempuan akhirnya bisa meredakan masalah kesehatan mentalnya, sehingga merasa lebih bahagia dan nyaman dengan dirinya sendiri.
“Disini saya melihat kekuatan perempuan, bisa beradaptasi, bisa mengatasi tantangan, kalau misalkan kita mau dna diberikan sumber dayanya,” ujarnya.