REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Metode bekam yang dilakukan sesaat setelah penyuntikan vaksin Covid-19 berbasis DNA dapat meningkatkan respons imun yang terbentuk setelahnya. Peningkatan ini bahkan bisa mencapai 100 kali lipat lebih baik.
Bekam merupakan metode pengobatan tradisional yang telah digunakan selama ratusan tahun di China dan Timur Tengah. Metode ini umumnya dilakukan dengan cara menempelkan gelas yang sudah dipanaskan pada permukaan kulit.
Ketika udara di dalam gelas mendingin, tekanan udara di bawah gelas akan menurun. Kondisi ini akan menghasilkan efek menyedot kulit ke dalam gelas.
Metode bekam diyakini dapat menunjang proses pemulihan, meski bukti ilmiah mengenai efektivitasnya masih terbatas. Ilmuwan masa kini menilai metode bekam berpotensi dapat membantu meningkatkan kinerja vaksin Covid-19 DNA.
Menurut mereka, efek penyedotan dalam metode bekam dapat menstimulasi sel-sel kulit untuk menyerap lebih banyak DNA yang diberikan dari suatu vaksin DNA atau terapi gen. Untuk membuktikannya, peneliti melakukan sebuah studi yang sudah diterbitkan dalam Science Advances.
Dalam studi ini peneliti memberikan satu sampai dua dosis vaksin Covid-19 DNA pada hewan coba tikus. Sesaat setelah vaksin diberikan, peneliti lalu melakukan metode penyedotan bekam pada area tubuh yang disuntikkan vaksin sebelumnya.
Meski vaksin yang digunakan hanya 1-2 dosis, respons imun yang terbentuk pada kombinasi penyuntikan vaksin dan bekam tampak meningkat hingga 100 kali lebih besar dibandingkan penyuntikan vaksin yang tidak disertai bekam. Sejauh ini, peneliti masih belum mendapatkan penjelasan pasti mengapa efek penyedotan dari bekam bisa membantu.
Akan tetapi, peneliti meyakini efek penyedotan ini meregangkan sel-sel. Dengan begitu, mereka bisa mendapatkan lebih banyak DNA yang diberikan dari vaksin.