Kamis 02 Dec 2021 08:50 WIB

Duduk Lama Setiap Hari, Waspadai Dua Kondisi Mematikan

Jangan duduk diam dalam waktu lama.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
Ilustrasi pekerja kantoran. penelitian menunjukkan karyawan kantor, terutama mereka yang duduk selama delapan jam sehari, berisiko tinggi terkena DVT, kondisi yang bisa mematikan.
Foto: Pixabay
Ilustrasi pekerja kantoran. penelitian menunjukkan karyawan kantor, terutama mereka yang duduk selama delapan jam sehari, berisiko tinggi terkena DVT, kondisi yang bisa mematikan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Duduk selama berjam-jam setiap hari ternyata tidak baik untuk kesehatan. Hal ini bisa membuat Anda berisiko mengalami kondisi yang diam-diam mematikan.

Risiko ini dapat memengaruhi orang-orang dari segala usia, terlepas dari seberapa bugar mereka. Apa saja kondisi yang dimaksud?

Baca Juga

Emboli paru (PE)

Salah satu masalah kesehatan yang mungkin terjadi akibat duduk terlalu lama adalah emboli paru (PE). Ini terjadi ketika gumpalan darah bergerak ke paru-paru dan menghalangi pembuluh darah.

PE ini dengan cepat menjadi mengancam jiwa. Bekuan darah biasanya berasal dari kaki, yang dikenal sebagai deep vein thrombosis (DVT). Sekitar 2.300 orang meninggal karena PE setiap tahun, menurut statistik 2012 dari British Lung Foundation.

Dr Karlyn Martin, asisten profesor kedokteran di Northwestern University Feinberg School of Medicine di Chicago, Amerika Serikat mengatakan, orang-orang tidak menyadari PE seperti serangan jantung. PE dapat menyerang orang di semua tahap kehidupan, dari yang muda dan sehat hingga yang lebih tua dan tidak sehat.

Dr Martin menyebut, orang akan langsung terpikir serangan jantung dan pergi ke rumah sakit ketika mengalami nyeri dada. Sebaliknya dengan emboli paru, orang tidak menduganya.

"Tidak jarang kami memiliki pasien yang mengalami gejala selama berhari-hari bahkan hingga berminggu-minggu sebelum mereka memeriksakan diri ke rumah sakit," ungkap dr Martin.

National Health Society (NHS) mengatakan, PE sering terjadi ketika bagian dari bekuan darah terlepas dari pembuluh darah kaki dan naik ke paru-paru. Sebagian besar alasan terjadinya PE tidak diketahui, menurut National Institute of Health and Care Excellence.

Setengah dari orang yang mengembangkan PE mengalaminya saat mereka berada di rumah sakit. Saat itu, mereka tidak banyak bergerak dalam jangka waktu yang lama.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement