Kamis 02 Dec 2021 20:44 WIB

Seberapa Jauh Bahaya Omicron? Ini Jawaban Ahli Kesehatan

Butuh waktu berpekan-pekan untuk mengetahui seberapa bahayanya varian omicron.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Para peneliti memperkirakan butuh waktu berpekan-pekan untuk mengetahui seberapa bahayanya varian omicron (ilustrasi).
Foto: AP/Victoria Jones/PA
Para peneliti memperkirakan butuh waktu berpekan-pekan untuk mengetahui seberapa bahayanya varian omicron (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Para peneliti dari berbagai lembaga telah menganalisis dan memetakan perubahan genetik dari varian Covid-19 omicron. Varian ini pertama kali dikonfirmasi di Afrika Selatan pada pekan lalu. 

Para peneliti memperkirakan butuh waktu berpekan-pekan untuk mengetahui seberapa bahayanya varian omicron. Para peneliti telah menguji sampel yang diambil dari pasien, mengurutkan genom mereka, dan melihat apakah omicron yang menyebabkan infeksi. Mereka juga akan menganalisa apakah omicron bisa memicu keparahan penyakit atau bisa melawan antibodi dari vaksinasi yang ada saat ini.

Baca Juga

Para peneliti membutuhkan waktu cukup lama karena mereka kembali ke teknik utama yakni mengambil sampel darah dari sukarelawan yang divaksinasi dan para penyintas Covid-19 lalu mencampurkannya dengan sampel varian omicron atau versi rekayasa laboratorium yang disebut pseudovirus. Langkah ini dilakukan untuk melihat bagaimana sel kekebalan dan protein bekerja melawannya.

“AstraZeneca juga sudah melakukan penelitian di lokasi yang sudah teridentifikasi variannya, yaitu di Botswana dan Eswatini, yang memungkinkan kami mengumpulkan data dari dunia nyata terhadap varian virus baru ini,” kata juru bicara Astrazeneca seperti dilansir di CNN Health, Kamis (2/12).

Serum darah yang mengandung antibodi dan sel B dan sel T juga bekerja keras untuk membentuk sistem kekebalan tubuh. Pfizer dan mitranya BioNTech, Moderna, dan Johnson & Johnson menyatakan bahwa mereka memulai eksperimen ini. "Perusahaan sedang menguji sampel serum darah dari peserta dalam studi booster yang telah selesai dan sedang berlangsung untuk mencari aktivitas penetralisir terhadap varian Omicron," kata Johnson & Johnson dalam sebuah pernyataan.

Pendekatan ini telah digunakan untuk menunjukkan bahwa vaksin cenderung bekerja untuk melindungi individu dari infeksi, kemudian untuk menunjukkan bahwa vaksin bisa melindungi individu terhadap varian alpha, beta, gamma, dan delta, dan akhirnya untuk memberikan bukti pertama memudarnya kekebalan. Teknik laboratorium seperti itu akan dikombinasikan dengan data dari dunia nyata, untuk membentuk dasar pengambilan keputusan tentang otorisasi vaksin, persetujuan, dan panduan penggunaannya. Itu juga akan digunakan untuk memberitahu dunia tentang risiko omicron. 

Pemimpin Teknis Covid-19 dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Maria Van Kerkhove, mengatakan untuk sampai pada hasil akhir itu perlu waktu cukup lama untuk menumbuhkan stok virus. “Perkiraan kami antara dua dan empat pekan,” kata dia.

Direktur Institut Alergi dan Penyakit Menular AS, dr Anthony Fauci sepakat bahwa salah satu cara untuk bisa menganalisa karakter omicron yaitu dengan mendapatkan sampel virus atau membuat pseudovirus. Dengan begitu, akan bisa didapatkan plasma konvalesen, antibodi monoklonal, serta serum dan antibodi yang diinduksi oleh vaksin untuk melihat apakah mereka menetralisir virus.

"Itu akan memberi cara untuk melihat tingkat efikasi imun. Proses itu kemungkinan akan memakan waktu dua minggu atau lebih, bahkan mungkin lebih cepat, tergantung pada seberapa baik virus tumbuh di isolat yang kami dapatkan,” kata Fauci.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement