REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jika berniat menurunkan berat badan (BB), mungkin ada saran yang membuat kita akhirnya beralih dari makan nasi putih ke nasi merah. Tetapi, apakah beras merah benar-benar lebih sehat dibandingkan beras putih?
Ada beberapa alasan mengapa nasi merah sering dianggap yang lebih baik. Argumen utama adalah bahwa itu adalah biji padi yang utuh. Perbedaan antara beras merah dan putih, yakni beras merah dalam bentuk biji-bijian utuh yang belum diproses. Sedangkan beras putih telah menghilangkan dedak dan kumannya selama pemrosesan.
Biji-bijian utuh dianggap lebih sehat karena mengandung lebih banyak serat. Serat adalah nutrisi yang diketahui dapat menurunkan kolestrol, mengontrol gula darah, dan mengatur pencernaan. Memang benar beras merah mengandung lebih banyak serat dibandingkan nasi putih karena tidak dimurnikan, tetapi jenis seratnya penting untuk diperhatikan.
Ada dua jenis serat, yaitu larut dan tidak larut. Serat larut menyerap air untuk melunakkan tinja di saluran pencernaan, membuatnya lebih mudah untuk dikeluarkan. Tak hanya itu, serat larut juga berfermentasi di saluran pencernaan untuk membantu meningkatkan keseimbangan bakteri di usus.
Di sisi lain, serat tak larut yang tak menyerap air atau berfermentasi karena tidak dipecah sama sekali membentuk massa yang keras di usus. Bila dikonsumsi dalam jumlah banyak, justru dapat menyebabkan peradangan, rasa tidak nyaman, kembung, gas, dan lainnya. Beras merah mengandung serat yang tidak larut.
"Beras merah mengandung serat tidak larut yang keras, nasi putih tidak," ujar Dokter Pengobatan Naturopati, Liz Carter, dikutip dari laman Womans World, Kamis (2/12).
Ia mengatakan, beras merah sangat sulit penanganannya untuk pasien dengan masalah usus. Lebih baik fokus pada makanan berserat larut yang memberikan makan kesehatan usus. Jika memang memiliki masalah pencernaan, seperti sembelit tetapi ingin mengonsumsi lebih banyak serat, pertimbangkan untuk menambahan lebih banyak makanan dengan serat larut ke dalam makanan.
Dua alasan lain yang mungkin membuat Anda ingin meninggalkan beras merah, yaitu asam fitat dan arsenik. Beras merah mengandung asam fitat yang dikenal sebagai antinutrisi karena sebenarnya menghambat kemampuan tubuh untuk menyerap nutrisi tertentu, seperti zat besi, seng, dan kalsium.
Makan dalam jumlah besar pada akhirnya dapat menyebabkan kekurangan vitamin dan mineral. Beras merah juga lebih tinggi arsenik, yang merupakan logam berat beracun bila dikonsumsi dari waktu ke waktu. Beras merah juga dapat meningkatkan risiko penyakit seperti kanker, penyakit jantung, dan diabetes tipe 2.
Kita sering diberi tahu bahwa makan sesuatu yang putih dan yang telah diproses itu buruk. Tetapi dalam kasus ini, memroses biji-bijian sebenarnya menghilangkan serat penyebab peradangan yang membuatnya lebih mudah dicerna dan menurunkan jumlah asam fitrat dan arsenik. Ini membuat nasi putih menjadi pilihan yang lebih sehat.
Nasi putih memang memiliki indeks glikemik yang sedikit lebih tinggi daripada beras merah yang berarti dapat meningkatkan kadar gula darah lebih banyak. Jika seseorang sudah mengidap diabetes tipe 2, pradiabetes, atau gula darah tinggi, sebaiknya atur porsinya saat mengonsumsi karbohidrat secara umum.
Seperti yang telah lama ditunjukkan oleh tradisi kuno di India dan Cina, nasi putih adalah pati yang mengenyangkan dan mudah diolah, disiapkan, dan dicerna. Jadi, sebelum memutuskan meninggalkan nasi putih dan memilih nasi merah, pertimbangkan semua faktornya. Nasi putih mungkin merupakan tambahan yang lebih menyehatkan.