REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sangat penting memastikan tubuh mendapat asupan gizi seimbang untuk mencegah berbagai penyakit. Termasuk pula menghindarkan strok, kondisi medis serius yang terjadi ketika suplai darah ke bagian otak terputus.
Ada beberapa faktor yang dapat menempatkan seseorang pada risiko terserang strok, salah satunya defisiensi atau kekurangan vitamin. Penelitian yang dipresentasikan pada pertemuan tahunan American Academy of Neurology pada 2014 menemukan bahwa 59 persen dari orang yang pernah mengalami strok hemoragik kekurangan vitamin C.
Strok hemoragik terjadi akibat pecahnya pembuluh darah pada area tertentu di dalam otak. Kelompok itu dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami strok, yang cenderung memiliki kadar vitamin C normal.
Studi terbitan 2012 juga menemukan bahwa orang yang memiliki kadar vitamin D yang lebih rendah memiliki peningkatan risiko strok. Itu jika dibandingkan dengan mereka yang memiliki kadar vitamin D yang lebih tinggi.
National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI) Inggris mengatakan kecemasan, depresi, dan tingkat stres yang tinggi merupakan faktor risiko strok. Begitu pula bekerja berjam-jam tanpa banyak kontak dengan teman, keluarga, atau orang lain.
Ada juga sejumlah faktor risiko lain, termasuk gaya hidup yang tidak sehat. Contohnya seperti tidak melakukan aktivitas fisik secara teratur, kebiasaan minum alkohol, dan menggunakan obat-obatan terlarang seperti kokain.
Menurut sebuah penelitian genetik di The Lancet, minum alkohol dalam skala ringan hingga sedang sekalipun dapat meningkatkan tekanan darah. Dengan begitu, tetap membuka kemungkinan terkena strok.
Asosiasi Strok memperingatkan bahwa strok terjadi setiap lima menit di Inggris. Strok jarang menyerang individu yang lebih muda dari 40 tahun. Ketika itu terjadi, sering dipicu oleh tekanan darah tinggi yang tidak normal.