REPUBLIKA.CO.ID, LAS MANCHAS -- Ilmuwan datang dengan drone dan instrumen presisi tinggi. Dibantu oleh satelit, para ahli vulkanologi menganalisis emisi gas dan aliran batuan cair di Canary Island alias kepulauan Canaria.
Kepulauan Canaria terdiri dari tujuh pulau vulkanik yang terletak di Samudra Atlantik, sebelah barat laut pesisir Afrika.
Di kepulauan ini, ilmuwan mengumpulkan segala sesuatu di tanah. Mulai dari partikel terkecil hingga bom lava seukuran semangka yang dilemparkan oleh salah satu kekuatan alam paling kuat sebagai proyektil pijar.
Para ilmuwan dari seluruh dunia berbondong-bondong ke La Palma, salah satu Canary Island Spanyol di Samudra Atlantik. Mereka memanfaatkan letusan gunung berapi yang terjadi hanya satu jam perjalanan dari bandara internasional dengan menerapkan teknologi mutakhir untuk meneliti letusan gunung berapi yang langka dari darat, laut, udara, bahkan luar angkasa.
Diketahui, gempa mengguncang Pulau La Palma, Spanyol yang terletak di barat laut Afrika pada Selasa (21/9) dini hari waktu setempat. Sebelumnya gunung berapi di pulau tersebut sempat meletus pada Ahad (19/9) dan memicu munculnya sungai lava.
Seperti letusan besar lainnya di seluruh planet ini, ilmuwan mempelajari La Palma untuk lebih memahami letusan gunung berapi. Mereka mencoba mencari bagaimana letusan itu terbentuk, berkembang, dan bahkan bagaimana dan kapan berakhir.
Tapi terlepas dari lompatan teknologi dan ilmiah baru-baru ini, para peneliti hanya dapat melakukan banyak perkiraan tentang apa yang terjadi di dunia bawah, tempat magma terbentuk dan melelehkan peralatan buatan manusia.
Jarak terdalam yang dapat dibor manusia mencapai kerak planet adalah lebih dari 12 kilometer. Hasil itu suatu prestasi yang dicapai para ilmuwan Uni Soviet pada 1989.
"Ada banyak kemajuan dalam 30 atau 40 tahun terakhir dalam pemahaman proses geologis dan evolusi, tetapi masih sulit untuk mengetahui dengan pasti apa yang terjadi pada kedalaman 40 hingga 80 kilometer," kata ahli di lembaga vulkanologi Kepulauan Canary, Involcan, Pedro Hernandez.
"Kita mungkin mulai mengenal bintang-bintang lebih baik daripada apa yang terjadi di bawah kaki kita," katanya.