Senin 06 Dec 2021 06:57 WIB

Depresi atau Hanya Sedih? Ini Perbedaannya

Kesedihan disebut hanya salah satu elemen dari depresi.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Kesedihan disebut hanya salah satu elemen dari depresi.
Foto: www.maxpixel.com
Kesedihan disebut hanya salah satu elemen dari depresi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perasaan sedih merupakan bagian integral dari depresi. Akan tetapi, depresi dan perasaan sedih merupakan dua hal yang berbeda. Memahami perbedaan antara depresi dan kesedihan dapat membantu seseorang menyadari kapan dia membutuhkan pertolongan lebih lanjut.

Kesedihan merupakan emosi manusia normal yang akan dirasakan setiap orang ketika mengalami sesuatu yang penuh tekanan atau berada pada masa yang muram. Perasaan sedih bisa dipicu oleh beragam hal mulai dari perceraian, kehilangan pekerjaan atau pendapatan, masalah keuangan, kehilangan atau ketidakhadiran orang tercinta, hingga masalah di rumah dan gagal ujian.

Baca Juga

Perasaan sedih biasanya akan terasa lebih ringan jika disalurkan lewat menangis, mencurahkan perasaan, atau membicarakan rasa frustrasi yang dialami. Selain itu, kesedihan umumnya membaik seiring dengan berjalannya waktu.

Akan tetapi, rasa sedih patut diwaspadai sebagai tanda depresi bila tak membaik seiring dengan berlalunya waktu. Rasa sedih pada depresi biasanya juga akan membuat penderitanya kesulitan untuk kembali berfungsi normal dalam keseharian.

Depresi merupakan gangguan mental yang dapat mempengaruhi banyak aspek dalam kehidupan penderitanya. Depresi bisa dialami oleh semua orang dari berbagai kelompok usia dan jenis kelamin. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa ada sekitar 5 persen populasi orang dewasa di dunia yang mengalami depresi.

Selain perasaan sedih, depresi juga dapat memunculkan beberapa gejala lain. Gejala tersebut meliputi kehilangan semangat, merasa tidak punya harapan, tak memiliki motivasi, dan meredupnya minat terhadap aktivitas yang sebelumnya disukai.

Dalam kasus yang berat, depresi bisa berujung pada pemikiran dan usaha bunuh diri. Penderita depresi juga bisa memiliki kecenderungan menarik diri dari orang-orang terdekatnya, seperti teman atau keluarga. Mereka juga mungkin akan berhenti melakukan hobi dan merasa tidak mampu melakukan pekerjaan atau sekolah.

Gejala-gejala depresi yang berlangsung lebih dari dua minggu perlu mendapatkan penanganan lebih lanjut dari tenaga profesional. Dalam kondisi seperti ini, penderita mungkin memiliki diagnosis gangguan depresi mayor.

Pada gangguan depresi mayor, penderita mungkin akan merasakan suasana hati depresif yang berlangsung hampir sepanjang hari dan hampir setiap hari. Penderita juga bisa mengalami perubahan pola makan yang berujung pada penurunan atau kenaikan berat badan.

Penderita gangguan depresi mayor pun bisa dihadapkan pada gangguan tidur seperti insomnia atau terlalu banyak tidur. Tak jarang, penderita merasa tidak berharga, tak memiliki energi, merasa kelelahan, dan sulit konsentrasi atau membuat keputusan.

Pada kasus gangguan depresi mayor, penderita bisa memiliki pemikiran berulang mengenai bunuh diri dan kematian. Pemikiran ini juga bisa berkembang menjadi tindakan berupa menyusun rencana dan upaya bunuh diri.

Seperti dilansir Medical News Today, Senin (6/12), kesedihan hanya salah satu elemen dari depresi. Akan tetapi tidak seperti kesedihan, depresi dapat membuat penderitanya kesulitan untuk menjalani hari.

Tenaga profesional seperti psikolog atau psikiater dapat membantu memberikan terapi yang tepat untuk penderita depresi. Terapi ini bisa berupa konseling, penggunaan obat, atau psikoterapi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement