REPUBLIKA.CO.ID,
Oleh: Umi Nur Fadhilah
Vaksin biasanya digunakan sebagai perlindungan terhadap penyakit menular, seperti flu dan Covid-19. Faktanya, beberapa vaksin dapat secara efektif mencegah kanker, tetapi mereka melakukannya dengan menargetkan virus penyebab kanker, seperti human papillomavirus (penyebab umum kanker serviks).
Namun, ketika berbicara tentang sebagian besar kanker, para ilmuwan telah berjuang untuk membuat vaksin yang membantu sistem kekebalan tubuh menghancurkan sel-sel kanker. Kemudian penelitian berubah, dimana peneliti Cleveland Clinic telah mengembangkan vaksin untuk melawan jenis tertentu dari kanker payudara yang sangat agresif.
Vaksin akan menargetkan kanker payudara triple-negatif, jenis kanker yang tes negatif untuk reseptor estrogen, reseptor progesteron, dan kelebihan protein HER2. Dengan kata lain, hormon ini maupun protein HER2 tidak memicu kanker triple-negatif, sehingga sulit untuk menemukan pengobatan yang berhasil.
Meskipun hanya 12 hingga 15 persen dari semua kanker payudara yang triple-negatif, bentuk penyakit yang agresif ini menyumbang persentase kematian yang jauh lebih tinggi daripada kanker payudara lainnya, dan lebih mungkin untuk kambuh. Karena itu, studi baru ini dapat membantu menyelamatkan banyak hal kehidupan.
Bagaimana cara kerja vaksin kanker payudara?
Dilansir First for Women pada Senin (6/12), menurut pembuat vaksin utama, Vincent Tuohy dan G Thomas Budd mengatakan, vaksin menargetkan protein spesifik (laktalbumin), yang muncul pada sebagian besar wanita yang didiagnosis dengan kanker payudara triple-negatif, dengan merangsang sistem kekebalan untuk menyerang dan menghancurkan sel-sel yang mengekspresikan protein laktalbumin sebelum mereka dapat tumbuh menjadi tumor.
"Vaksin mengaktifkan respons imun bawaan yang menghentikan pertumbuhan tumor yang muncul," ujar Tuohy.
Dalam penelitian pra-klinis yang diterbitkan di Nature Medicine, Tuohy dan timnya menemukan bahwa hanya satu dosis vaksin mencegah tumor payudara triple-negatif tumbuh pada tikus. Data yang mengesankan itu meyakinkan Food and Drug Administration (FDA) untuk menyetujui penelitian pada manusia, yang didanai oleh Departemen Pertahanan AS.