REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia saat ini mengalami perubahan cepat dalam hal populasi penduduk, di mana generasi muda menjadi bonus demografi dalam rentan waktu 10 sampai 20 tahun ke depan. Bonus demografi itu membuat generasi muda berperan penting dalam arah perubahan Indonesia, termasuk dalam bidang pendidikan.
Wakil Rektor 3 London School of Public Relations (LSPR) Jakarta, Taufan Teguh Akbari, Ph.D ketika berbincang dengan Republika.co.id, Ahad (5/12) malam mengatakan, perubahan dalam bidang pendidikan jika dilihat dari jumlah demografi, populasi penduduk produktif terdiri dari Generasi X, Y, Z, dan juga Alfa atau Post Gen z. Kalau digabungkan jumlahnya sekitar 235 juta-an, dan di antara jumlah tersebut sekitar 20-30 persen yang concern menggerakkan dunia pendidikan. Artinya, kata Taufan, generasi muda tidak hanya sebagai pemikir, tapi pemikir lalu menggerakkan inisiatif tertentu, hingga pada akhirnya menyelesaikan satu per satu PR besar dalam dunia pendidikan di Indonesia.
"Seperti yang kita tahu bahwa PR besar di dunia pendidikan Indonesia itu dari hulu ke hilir, dalam artian dari kepala hingga ekor. Mulai dari kebijakan, policy, lalu pelaksanaan tata laksana infrastruktur hingga kualitas guru dan tenaga pendidik, hingga bicara bagaimana implementasi digital dalam dunia pendidikan. Sehingga PR-nya itu banyak dan besar sekali," kata Taufan menjabarkan.
Namun ia melihat generasi muda adalah aktor utama yang punya potensi mengubah sejarah pendidikan Indonesia saat ini dan masa depan. Mereka, kata Taufan, punya kapasitas punya kompetensi dan yang paling penting mereka punya momentum dalam mengawal kualitas pendidikan Indonesia dari ruang tengah.
"Kenapa ruang tengah, karena ruang tengah itu ruang dialog publik ruangan berekspresi, di mana kalau saya lihat banyak sekali generasi muda sekarang yang punya concern, inisiatif, mereka resah, gusar, terhadap bagaimana meningkatkan meningkatkan kompetensi pendidikan di Indonesia," ucap dia.
Founder Rumah Millennials itu mencontohnya di Daerah Terdepan, Terpencil dan Tertinggal (3T), di mana banyak pemuda yang melakukan sesuatu, seperti gerakan kewirausahaan, membangun star-up di bidang pendidikan, baik yang berbayar ataupun yang gratis. Selain itu, para anak muda juga komunitas dan inisiatif gerakan sosial, hingga membangun entintas kewirausahaan sosial di bidang pendidikan.
"Jadi buat saya aktor penggerak pendidikan saat ini ada di grassroot, baik kelihatan oleh media ataupun yang belum kelihatan oleh media, mereka sebenarnya sedang bergerak menjahit harapan dari adik-adik kita dari generasi selanjutnya, bagaimana sama-sama merapihkan mengubah kualitas pendidikan yang ada di Indonesia," kata Taufan.
Pernyataan Taufan mendapat dukungan dari Ketua DPR, Puan Maharani yang menegaskan lembaganya akan terus mendukung generasi muda berperan lebih besar dalam usaha mencapai kemajuan bersama. Terutama, kata Puan, dalam persiapan menghadapi bonus demografi.
“Kami ingin saat bonus demografi terjadi, angkatan kerja Indonesia didominasi pemuda yang kreatif, inovatif, dan berdaya saing. Sehingga mampu menggerakkan perekonomian dengan cara-cara yang kreatif,” kata Puan di Jakarta.
Puan berkata, inovasi dan kreativitas adalah salah satu kunci untuk menghadapi tantangan masa depan yang semakin kompleks. Puan juga meminta generasi muda juga terbuka pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa meninggalkan akar sejarah dan budaya Indonesia.
Karena itu, ia meminta para pemuda terus meng-upgrade dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan. "Sehingga, akan menjadi generasi yang relevan di segala zaman,” ujar Puan.
Ketua DPP PDIP itu juga meminta generasi muda mengingat pesan Presiden pertama RI, Ir Sukarno agar terus berpikir dan berimajinasi agar mempunyai konsepsi besar, mempunyai keberanian, dan terus berdinamika. “Mereka yang mempunyai imajinasi akan menjadi penentu sejarah,” kata Puan.