REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA--Vaksin Merah Putih yang dikembangkan Universitas Airlangga (Unair) menjadi salah satu bukti bahwa Indonesia mampu berbicara banyak dalam mengatasi pandemi Covid-19. Tidak heran jika ekspektasi masyarakat begitu tinggi terhadap vaksin produk dalam negeri tersebut. Rektor Universitas Airlangga Prof Dr Mohammad Nasih SE MT Ak memastikan, pihaknya telah memberikan yang terbaik dalam pengembangan vaksin tersebut.
"Semua orang berkontribusi dan memberikan yang terbaik. Para peneliti kita juga memberikan yang terbaik. Vaksin menurut saya hanya salah satu saja (dalam upaya penanganan pandemi Covid-19) karena sesungguhnya produk-produk lain yang diciptakan Unair juga banyak. Hanya tidak seheboh vaksin," ujar Nasih, Selasa (7/12).
Nasih menjelaskan, dalam proses pengembangan Vaksin Merah Putih tugas Unair sudah tuntas. Hal itu setelah pihaknya menyelesaikan tahapan uji praklinik. Saat ini, kata dia, bibit atau seed vaksin sudah diserahkan kepada PT Biotis Pharmaceutical Indonesia yang dipercaya untuk memproduksi Vaksin Merah Putih tersebut.
"Kalaupun nanti ada satu dua hal yang perlu kita sempurnakan, kita akan langsung penyempurnaan itu. Alhamdulillah sampai dengan bibit vaksin di pilot projecting kita sudah sampaikan itu dan tentu proses lanjutannya sudah tidak di Unair lagi. Sudah ada di pihak Biotis khususnya," ujar Nasih.
Nasih menyadari betapa tingginya ekspektasi masyarakat terhadap vaksin yang dikembangkan tersebut. Ia memastikan, pengembangan hingga produksi Vaksin Merah Putih bakal berjalan tertib, sehingga bisa dipasarkan. Nasih senang ketika masyarakat sangat percaya dan berharap pada Vaksin Merah Putih yang dikembangkan.
Tetapi, kata dia, dalam hal tertentu dimana kondisi nasional mengharapkan semua warga negara segera divaksin, tidak ada jeleknya untuk semua masyarakat agar segera melakukan vaksinasi. Artinya, kata dia, tidak harus menunggu Vaksin Merah Putih yang saat ini masih dalam tahap uji coba. "Jangan sampai merah putih menjadi penghambat vaksinasi nasional," ujarnya.
Apalagi, lanjut Nasih, dalam beberapa kesempatan BPOM menyampaikan, Vaksin Merah Putih Unair nantinya akan lebih banyak digunakan sebagai booster. Baik untuk suntikan ketiga maupun keempat. Berdasarkan hasil penelitian, kata Nasih, Vaksin Merah Putih juga terbilang bagus digunakan sebagai booster. "Artinya pertama dan kedua boleh saja tidak menggunakan merah putih," kata dia.
Terkait kemungkinan Vaksin Merah Putih Unair juga nantinya bisa digunakan di negara lain, Nasih tidak menutup kemungkinan ke sana. Apalagi, kata dia, sejak proses penelitian, pihaknya telah mendaftarkan kepada WHO. Dari sisi uji klinis, kata Nasih, Vaksin Merah Putih juga ternyata menghasilkan catatan luar biasa, dimana efikasinya mencapai 93,8 persen.
"Tapi untuk sampai ke sana kan tidak mudah dan harus ada dalam proses yang cukup panjang. Uji klinisnya tidak boleh hanya menggunakan dari Surabaya saja, atau Indonesia saja, harus juga terbukti efektif di negara lain dan seterusnya. Sementara kita fokus di Indonesia dulu," ujar Nasih.
Selain menciptakan vaksin sendiri, keterlibatan Unair dalam program vaksinasi nasional juga sangat serius. Bahkan kampus tersebut sampai mengerahkan Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA) untuk melakukan ekspedisi ke Kepulauan terpencil di Madura. Kapal yang diberangkatkan dari Pelabuhan Kalimas Surabaya mengusung tema Marco-19 (Madura Sadar Covid-19) serta jargon Mengarungi samudera, menyelamatkan anak bangsa, menuju pulau Madura.
Kegiatan vaksinasi ini diselenggarakan di Tanjung Kiaok, salah satu pemukiman desa terpencil di Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep. Letak geografisnya di utara Pulau Bali dengan akses yang sulit, terutama pada musim ombak. Selain melaksanakan vaksinasi, relawan Unair juga melakukan edukasi, dan penelitian terkait persepsi masyarakat mengenai vaksinasi Covid-19.