REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mendorong perguruan tinggi vokasi untuk lekas menyiapkan peningkatan program D3 menjadi sarjana terapan atau D4 untuk menjawab kebutuhan industri. Peningkatan program itu disebut memiliki keuntungan lebih, khususnya bagi para lulusannya di dalam dunia kerja.
"Tambah investasi satu tahun (masa perkuliahan), tetapi daya lompatnya akan jauh lebih tinggi, jauh lebih kuat," ujar Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek, Wikan Sakarinto, dalam webinar Peningkatan Program D3 menjadi Sarjana Terapan yang disiarkan secara daring, dikutip pada Rabu (15/12).
Wikan mengatakan, mahasiswa D3 yang akan mengikuti peningkatan program menjadi D4 juga tidak perlu memakan waktu lama untuk mendapatkan gelar sarjana, yakni cukup satu tahun untuk mendapatkan gelar sarjana terapan. Berbeda dengan program ekstensi yang membutuhkan waktu sedikitnya empat semester untuk lulus.
"Per semester berapa UKT-nya. Bisa sampai Rp 5 jutalah per semester. Itu baru UKT-nya, belum biaya kuliah yang lain, belum biaya hidup, biaya-biaya lain," kata Wikan.
Dengan kelulusan yang mundur hanya satu tahun, kompetensi yang akan dimiliki oleh sarjana terapan nantinya akan jauh lebih baik daripada lulusan D3. Dengan mengikuti peningkatan program tersebut, para lulusan perguruan tinggi vokasi nantinya bisa langsung fokus ke dunia kerja.
"Adik-adik mundur sedikit saja, lepas nanti 'wus' lebih kencang lagi nanti adik-adik sudah langsung fokus ke dunia kerja," tutur Wikan.
Menurut Wikan, berdasarkan survei singkat lanjutan yang pihaknya lakukan pada pekan lalu, minat perguruan tinggi vokasi untuk mengikuti peningkatan program tersebut tinggi. Dari 151 responden, terdapat 127 perguruan tinggi vokasi yang menyatakan minatnya untuk mengikuti program itu. Hanya ada 24 perguruan tinggi vokasi yang menyatakan tidak minat mengikuti peningkatan program.
"Responden dan ini belum kita perdalam, ya, responden yang tidak minat itu apakah dari prodi kesehatan atau apa. Karena untuk kesehatan memang masih sulit ini karena restriksinya dari eksternal masih banyak," kata Wikan.
Baca Juga: Jokowi: Kita Beruntung Nadiem Berpengalaman Soal Teknologi
Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek, Henri Tambunan, yang turut hadir pada kegiatan tersebut menyatakan, pihaknya terus memberikan perhatian khusus terhadap pengembangan pendidikan vokasi. Dia menjelaskan, arah kebijakan vokasi diarahkan untuk memenuhi kebutuhan industri, terutama lewat link and match.
"Perguruan tinggi vokasi diarahkan untuk menghasilkan lulusan yang terampil dan unggul sesuai kebutuhan dunia kerja. Oleh karena itu, ciri vokasi adalah link and match dengan dunia industri. Project based learning sebagai implementasi," kata dia.