Rabu 15 Dec 2021 08:50 WIB

Bedah Musik Kebangsaan BPIP Jelaskan Sejarah Lagu 'Dari Sabang Sampai Merauke'

BPIP menggunakan bedah musik kebangsaan untuk menyosialisasikan nilai Pancasila.

Bedah Musik Kebangsaan BPIP Jelaskan Sejarah Lagu Dari Sabang Sampai Merauke. Foto: BPIP gelar Bedah Musik Kebangsaan di Universitas Sumatra Utara, Selasa (14/12).
Foto: Dok BPIP
Bedah Musik Kebangsaan BPIP Jelaskan Sejarah Lagu Dari Sabang Sampai Merauke. Foto: BPIP gelar Bedah Musik Kebangsaan di Universitas Sumatra Utara, Selasa (14/12).

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Selasa (12/12), menggelar Bedah Musik Kebangsaan bertajuk Sosialisasi Nilai-Nilai Pancasila. Acara yang digelar di kampus Universitas Sumatra Utara (USU) ini, membedah lagu kebangsaan berjudul Dari Sabang Sampai Merauke.

Salah satu pemateri pada bedah lagu Dari Sabang Sampai Merauke ini adalah Ketua Komisi II DPR Ahmad Doli Kurnia. Dia menjelaskan, lagu ini aslinya berjudul Barat Sampai ke Timur yang diciptakan oleh R Soerarjo pada 20 Mei 1942.

Baca Juga

"Lagu ini diciptakan sebagai bentuk keprihatinan dan protes penciptanya karena Jepang menutup semua sekolah," kata Doli.

Kemudian, oleh Bung Karno pada suatu rapat umum di Ujung Pandang, Sulawesi Selatan pada 1963, Bung Karno meminta izin kepada pencipta lagu ini untuk mengubah judulnya. Yakni, Dari Sabang Sampai Merauke. Di mana, pada tahun itu Indonesia sedang berjuang mengintegrasikan Papua Barat ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

 

Adapun arti dari bait-bait lagu ini, lanjut Doli adalah bagaimana mendorong masyarakat Indonesia bangga dan mencintai persatuan.

Dia mencontohkan pada salah satu bait lagu itu yang berbunyi "Dari sabang sampai merauke berjajar pulau-pulau". Menurut Doli, bait ini

menceritakan kebesaran Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki lebih dari 17 ribu pulau.

Kemudian, Soerarjo ingin menunjukkan pada bait lagu ini, bahwa Indonesia memiliki lebih dari 300 kelompok etnis atau suku bangsa. Lebih tepatnya terdapat 1.340 suku bangsa.

Di mana, dari ribuan suku itu bersatu menjadi bangsa yang satu yaitu Bangsa Indonesia. Ini berbeda dengan negara-negara lain. Etnis Bavaria misalnya di Eropa yang kemudian menjadi negara Jerman.

Kemudian etnis Britania yang menjadi negara Inggris. Bahkan etnis Skandinavia malah menjadi berbagai negara.

"Kita sebaliknya, banyak suku jadi jadi satu negara. Itu luar biasa," kata Doli.

Kemudian, bait "Sambung Menyambung Menjadi Satu Itulah Indonesia". Menurut Doli, bait ini menunjukkan bahwa ribuan pulau di Indonesia mencerminkan luas dan beragamnya fakta kebangsaan kita.

"Bait tersebut juga mengajak kita bersama untuk mewujudkan butir-butir pengamalan Pancasila sila yaitu persatuan Indonesia," kata Doli.

"Jadi bait ini menggambarkan persatuan Indonesia dikembangkan atas dasar Bhineka Tunggal Ika," kata Doli.

 

Selanjutnya, bait "Indonesia Tanah Airku Aku Berjanji Padamu, Menjunjung Tanah Airku, Tanah Airku Indonesia". Menurut Doli, bait di atas melambangkan komitmen kebangsaan seluruh anak bangsa

"Sebangun dengan pengamalan Pancasila sila ketiga," kata Doli.

"Bait ini juga memberi pesan agar rakyat Indonesia menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan," kata Doli.

Kembali soal pencipta lagu ini, Doli mengatakan, setelah Indonesia merdeka, Soerarjo yang lahir di Ponorogo pada 17 Juli 1915 itu pindah ke Kediri. Dan, dia meninggal  pada 4 Mei 1993 dalam usia 78 tahun dan dimakamkan di pemakaman umum Kelurahan Mojoroto. Di nisan pusaranya tertulis Di sini Disemayamkan Pencipta Lagu Dari Sabang Sampai Merauke.

Sementara itu, Deputi Bidang Hubungan Antar Lembaga, Sosialisasi, Komunikasi, dan Jaringan, Ir. Prakoso mengatakan, lagu Dari Sabang Sampai Merauke memberi pesan kepada generasi muda bahwa Indonesia adalah negara besar. Selain itu, Indonesia yang memiliki belasan ribu pulau, itu adalah satu kesatuan dan tidak terpisah.

"Bait sambung menyambung menjadi satu itu artinya kita satu. Jadi, Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusatenggara, Maluku, Papua itu adalah satu," kata Prakoso.

Jadi, Prakoso berharap, dengan memahami makna yang disampaikan dari Bedah Musik Kebangsaan lagu Dari Sabang Sampai Merauke ini, generasi muda paham betapa besarnya Indonesia. Sehingga, ada keinginan mereka untuk semangat membangun negeri berdasarkan nilai-nilai Pancasila.

Acara Bedah Musik Kebangsaan di Universitas Sumatra Utara dihadiri sejumlah narasumber dan peserta. Di antaranya yaitu Wakil Kepala BPIP Prof Hariyono, Deputi Hubungan Antar Lembaga, Sosialisasi, Komunikasi, dan Jaringan BPIP Prakoso. Kemudian, Direktur Sosialisasi dan Komunikasi M Akbar Hadi Prabowo, Rektor USU DR Muryanto Amin, Ketua Program Studi Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatra Utara (USU) Rithaony Hutajulu, musisi dan artis dari Imdonesia Care, Ketua Komisi II DPR Ahmad Doli Kurnia. Dan, para mahasiswa serta dosen di USU.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement