REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konsultan Bedah Saraf Tulang Belakang RSU Bunda – Jakarta, Dr dr Wawan Mulyawan, SpBS(K) menjelaskan cedera tulang belakang bisa sebabkan berbagai macam masalah. Salah satunya cacat permanen.
"Jika yang terjadi adalah cedera sumsum tulang belakang yang komplit (complete) atau lengkap, cacat atau kelumpuhannya akan permanen," jelasnya dalam keteranhan tertulis yang diterima Republika.co.id, Rabu (15/12).
Namun jika cedera tidak permanen, dalam arti hanya sebagian saraf sensorik, motorik atau otonom yang rusak alias tidak lengkap, masih memungkinkan beberapa perbaikan fungsional dari waktu ke waktu.
"Biasanya tindakan operasi atau obat kortikosteroid yang terlambat dalam hitungan jam atau hari dapat menyebabkan cedera yang incomplete atau tidak lengkap menjadi permanen."BKarena itu dalam penanganan cedera saraf tulang belakang ada istilah time is essential.
Komplikasi jangka panjang dari cedera tulang belakang mungkin termasuk ketidakmampuan untuk mengatur tekanan darah atau suhu tubuh. Selain itu, terjadi peningkatan risiko masalah jantung atau paru-paru.
Kompilasi lainnya adalah kehilangan kontrol kandung kemih atau usus, kelumpuhan pada lengan atau kaki, sakit terus-menerus, spastisitas, kontraktur sendi serta disfungsi seksual.
Pencegahan
Dokter Wawan menjelaskan risiko terkena cedera saraf tulang belakang dapat dikurangi dengan beberapa cara. Salah satunya mengemudi mengenakan sabuk pengaman.
Selain itu, bisa juga dengan menghindari bahaya jatuh seperti tangga atau lantai kamar mandi yang licin. Jangan lupa mengenakan alat pelindung selama olahraga, jika dibutuhkan.
Cara pencegahan lainnya adalah tidak melakukan aktifitas fisik atau olahraga ekstrim seperti mendaki tebing, bersepeda gunung dan lain-lain pada orang usia lanjut, terutama wanita menopause.
Penanganan
Ia mengatakan untuk penanganan masalah ini, mungkin saja dilakukan operasi darurat emergency atau cito) untuk cedera saraf tulang belakang untuk mengatasi patah tulang belakang dana tau kerusakan sumsum tulang belakang akibat patah tulang, pembekuan darah, atau jaringan lain disekitatnya yang rusak.
"Beberapa penelitian menunjukkan bahwa suntikan obat kortikosteroid bermanfaat membantu cedera tulang belakang, jika terjadi kondisi yang disebut spinal shock yang bersifat sementara namun permanen jika tidak diobati," tambahnya.
Dapat juga dilakukan operasi terjadual (non emergency) jika tujuannya untuk hanya memperbaiki stabilitas tulang belakangnya, namun kerusakan sarafnya sudah permanen.
Rehabilitasi medik
Kebanyakan orang dengan cedera tulang belakang memerlukan beberapa bentuk rehabilitasi fisik, atau terapi, baik dengan rawat inap (selama dirawat di rumah sakit) atau rawat jalan (setelah dirawat di rumah sakit).
Rehabilitasi dapat membantu pasien cedera saraf tulang belakang untuk belajar menggunakan alat bantu seperti alat bantu jalan atau walker atau kursi roda. Bisa juga untuk memperoleh kembali kekuatan dan mobilitas di area tubuh dengan fungsi saraf.
Selain itu, untuk memulihkan kemampuan untuk aktivitas hidup sehari-hari, seperti makan minum sendiri, berpakaian dan ke toilet.
Alat prostesis (pengganti tangan atau kaki buatan) cukup andal untuk membantu aktifitas pasien mengatasi cedera saraf tulang belakang. Sebuah prostesis saraf dapat menggantikan fungsi yang hilang seperti prostesis lengan atau kaki.