REPUBLIKA.CO.ID, MIAMI -- Ilmuwan menemukan sebuah fenomena meteorologi baru yang melayang perlahan di atas Samudra Hindia bagian barat. Fenomena itu dijuluki 'danau atmosfer'. Kumpulan uap air kompak ini berasal dari Indo-Pasifik dan membawa air ke dataran rendah yang kering di sepanjang garis pantai Afrika Timur.
Brian Mapes, seorang ilmuwan atmosfer di University of Miami yang baru-baru ini memperhatikan dan menggambarkan badai yang unik. Mapes mempresentasikan temuannya pada Kamis (16/12) di AGU’s Fall Meeting 2021.
Dilansir dari Science Daily, Senin (20/12), danau atmosfer dimulai sebagai filamen uap air di Indo-Pasifik. Fenomena ini ditentukan oleh adanya uap air yang cukup terkonsentrasi untuk menghasilkan hujan. Tidak seperti sungai atmosfer yang mengalir cepat, danau atmosfer yang lebih kecil terlepas dari sumbernya saat mereka bergerak dengan kecepatan tenang menuju pantai.
Danau atmosfer dimulai sebagai aliran uap air yang mengalir dari sisi barat monsun Asia Selatan dan menjepit menjadi objek terukur dan terisolasi mereka sendiri. Danau atmosfer kemudian mengapung di sepanjang wilayah laut dan pesisir di garis khatulistiwa di daerah di mana kecepatan angin rata-rata sekitar nol.
Dalam survei awal untuk membuat katalog badai semacam itu, Mapes menggunakan data satelit selama lima tahun untuk menemukan 17 danau atmosfer yang berlangsung lebih dari enam hari dan dalam jarak 10 derajat khatulistiwa, di semua musim. Danau lebih jauh dari khatulistiwa juga terjadi, dan kadang-kadang menjadi siklon tropis.