Senin 20 Dec 2021 16:28 WIB

Dua Obat Covid-19 tidak Ampuh untuk Pasien Omicron

Studi tunjukan dua jenis obat utama Covid-19 tidak bisa lawan Omicron.

Studi tunjukan dua jenis obat utama Covid-19 tidak bisa lawan Omicron (Foto: ilustrasi obat)
Foto: EPA
Studi tunjukan dua jenis obat utama Covid-19 tidak bisa lawan Omicron (Foto: ilustrasi obat)

REPUBLIKA.CO.ID, 

Oleh: Puti Almas

Baca Juga

Selama lebih dari satu tahun, obat antibodi dari Regeneron dan Eli Lilly yang sudah menjadi pengobatan utama untuk pasien Covid-19. Namun, penelitian terbaru yang dilakukan menunjukkan bahwa dua obat yang sering digunakan untuk pasien dengan infeksi virus corona jenis baru (Covid-19) tersebut di Amerika Serikat (AS) tidak efektif terhadap Omicron.

Secara khusus, obat ini diberikan bagi mereka di fase awal infeksi, yang dikenal dengan kemampuannya mencegah penyakit berkembang menjadi parah serta membutuhkan perawatan di rumah sakit. Namun, dua obat dari Regeneron dan Eli Lilly tersebut terlihat kurang ampuh dalam melawan Covid-19 akibat Omicron. Ini menjadi varian terbaru dari SARS-CoV-2 yang mengandung lusinan mutasi dan mempersulit antibodi untuk menyerang virus. 

Saat ini, Regeneron dan Eli Lilly tengah mengembangkan antibodi yang menargetkan Omicron. Sementara, produsen obat asal Inggris, GlaxoSmithKline juga tengah melakukan pengujian produk terbaru melawan varian ini, tetapi obat dari perusahaan ini belum tersedia secara luas di banyak negara, secara khusus di AS. 

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengatakan bahwa di Negeri Paman Sam, Delta masih menjadi varian yang menyumbang lebih dari 95 persen dari perkiraan kasus secara keseluruhan. Meski demikian, Omicron menyebar lebih cepat daripada varian Covid-19 lainnya dan diperkirakan menjadi strain dominan secara nasional dalam beberapa pekan mendatang. Obat antibodi diberikan melalui suntikan atau infus. Ini merupakan versi protein manusia buatan laboratorium yang membantu sistem kekebalan melawan virus dan infeksi lainnya.

Obat Glaxo, yang dikembangkan dengan Vir Biotechnology, secara khusus diformulasikan untuk mengikat bagian virus yang cenderung tidak bermutasi, menurut perusahaan. Studi awal menunjukkan bahwa omicron yang disimulasikan di laboratorium oleh perusahaan itu bersama dengan sejumlah peneliti luar menunjukkan hasil yang menjanjikan.

“Pasokan obat sangat terbatas dan dosis tambahan produk tidak akan tersedia sampai 3 Januari 2022,” tulis Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS (HHS), dalam sebuah pernyataan yang diunggah secara daring, dilansir PBS, Senin (20/12).

Setelah menghentikan distribusinya pada bulan lalu untuk menghemat pasokan, HHS saat ini tengah mengirimkan 55.000 dosis obat, yang bernama sotrovimab, ke departemen kesehatan di sejumlah negara bagian AS, yang didasarkan tingkat kasus di rumah sakit serta berdasarkan data secara keseluruhan. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement