REPUBLIKA.CO.ID,
Oleh: Desy Susilawati
Setelah vaksinasi, obat antivirus Covid-19 terus dikembangkan dan digunakan kembali sebagai pilihan pengobatan. Selain remdesivir, antivirus baru kini dikembangnya perusahaan Merck, Ridgeback Therapeutics, dan Pfizer, yang digunakan secara oral. Obat ini disebut bisa mengurangi angka rawat pasien Covid-19 di rumah sakit.
Hingga kini, tidak satu pun dari obat tersebut sudah disetujui Food and Drug Administration (FDA) untuk digunakan di Amerika Serikat. Namun, keduanya berpotensi untuk disetujui dalam beberapa bulan ke depan. Namun, bagaimana sebenarnya perbandingan kedua pil Covid-19 ini?
Kepala petugas farmasi di SingleCare, Ramzi Yacoub, PharmD, mengatakan, meskipun obat-obatan pada dasarnya melakukan hal yang sama, namun menyerang bagian virus yang berbeda. "Penghambat polimerase Merck 'menipu' enzim sehingga tidak dapat direplikasi dengan benar dan tidak dapat bertahan hidup," ujar Yacoub, dilansir dari USAToday, Senin (20/12).
Molnupiravir Merck awalnya dikembangkan untuk memerangi virus Venezuelan equine encephalitis (VEE), penyakit yang dibawa nyamuk. Kemudian ditemukan juga efektif melawan virus dalam keluarga coronavirus, Middle East Respiratory Syndrome (MERS). Obat ini dianggap sebagai inhibitor polimerase karena menargetkan polimerase asam ribonukleat. Dalam uji coba pil terbesar, molnupiravir 30 persen efektif dalam mengurangi rawat inap pasien Covid-19.
Sementara, Paxlovid Pfizer adalah protease inhibitor yang memblokir enzim yang diperlukan untuk mereplikasi virus corona. Paxlovid menggabungkan dua protease inhibitor untuk serangan virus.
Paxlovid secara signifikan lebih berhasil daripada pil Merck dalam uji klinis. Data akhir dari kedua dari tiga uji klinis menunjukkan bahwa obat tersebut mengurangi risiko rawat inap atau kematian sebesar 89 persen pada orang dewasa yang tidak divaksinasi ketika diminum dalam waktu tiga hari setelah timbulnya gejala. Dalam percobaan terpisah dengan orang dewasa yang divaksinasi, Paxlovid mengurangi rawat inap hingga 70 persen dan menghilangkan kematian dibandingkan dengan plasebo.
Direktur kepemimpinan pemikiran di Informa Pharma Intelligence, Daniel Chancellor, mengatakan, menemukan molekul unik mungkin menjadi alasan Paxlovid memiliki hasil yang begitu kuat.
"Obat yang satu ini telah dirancang dan disesuaikan secara khusus dan dioptimalkan secara farmakokinetik yang dioptimalkan untuk pengiriman oral terhadap protease spesifik untuk SARs-CoV-2," kata Rektor.
"Ini adalah obat yang dirancang untuk virus khusus ini, jadi mungkin itu sebabnya kemanjurannya sangat mengesankan," tambahnya.