Selasa 21 Dec 2021 21:03 WIB

MSG Selalu Dikaitkan dengan Reputasi Buruk, Benarkah Seburuk Itu?

Banyak orang kini membatasi pemakaian MSG karena reputasinya yang buruk.

Rep: MGROL130/ Red: Nora Azizah
Banyak orang kini membatasi pemakaian MSG karena reputasinya yang buruk (Foto: ilustrasi MSG)
Foto: Pikrepo
Banyak orang kini membatasi pemakaian MSG karena reputasinya yang buruk (Foto: ilustrasi MSG)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurut Dewan Informasi Pangan Internasional, 42 persen orang mencoba untuk membatasi pemakaian monosodium glutamate (MSG). Namun, disaat yang sama, perusahaan makanan dan restoran justru menyukai MSG karena rasanya yang kaya dan gurih. Benarkah MSG punya reputasi sedemikian buruk?

Perlu diketahui, MSG adalah senyawa yang terbuat dari dua zat alami, yaitu natrium dan asam glutamat. Asam glutamate hanyalah asam amino atau bahan penyusun protein yang ditemukan dalam tubuh. Zat ini secara alami hadir dalam makanan tertentu.

Baca Juga

"Tubuh mencerna bumbu MSG dan glutamat dari makanan dengan cara yang sama dan tidak dapat membedakan antara keduanya," kata Ahli Diet asal New York, Toby Amidor, dilansir dari USAToday, Selasa (21/12).

Amidor mengungkapkan, rata-rata orang mengonsumsi sekitar 13 gram per hari glutamat alami dari ragam jenis makanan, seperti keju parmesan, tomat, jamur, daging, kenari, dan asparagus. Seiring berjalannya waktu, para peneliti juga mendapatkan sekitar setengah garam glutamat sehari dalam bentuk MSG yang ditambahkan ke makanan. 

MSG bukanlah hal yang baru, bahkan telah digunakan untuk membumbui makanan selama lebih dari 100 tahun dan belum pernah ada permasalahan satupun. Hingga pada tahun 1968, reputasi MSG menjadi semakin menurun karena salah seorang dokter telah melaporkan kepada New England Journal of Medicine bahwa ia mengalami jantung berdebar dan mati rasa di leher, punggung, dan lengannya setelah menyantap makanan Cina.

“Meskipun penulis mengatakan bahwa gejala-gejala ini mungkin berasal dari beberapa hal dalam makanannya, termasuk natrium, alkohol dari anggur masak atau MSG, masyarakat mengambil MSG dan menjuluki kondisi Sindrom Restoran Cina,” kata Amidor.

Sementara itu, FDA mengatakan bahwa MSG cukup aman dikonsumsi. Bahkan, otoritas kesehatan lain, termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan Kanada dan Federasi Masyarakat Amerika untuk Biologi Eksperimental, juga menyetujui hal itu. Terlebih lagi, studi terbaru menyimpulkan bahwa terdapat bukti yang tidak memadai untuk mendukung banyaknya masalah kesehatan terkait MSG.

Hal tersebut menunjukkan bahwa beberapa penelitian menyebutkan, masalah kesehatan terjadi ketika menggunakan dosis MSG yang jauh melebihi dari yang biasanya dikonsumsi orang. Namun, bukan berarti semua orang dapat memakan makanan yang mengandung MSG tanpa masalah. Penelitian menunjukkan sejumlah orang yang sensitif terhadap MSG bisa memicu gejala yang sama seperti yang dialami dokter tersebut.

Karena sangat beraroma, MSG memiliki sisi positif lain, yaitu dapat membantu produsen makanan mengurangi jumlah natrium yang biasanya ditambahkan ke makanan. Maka dari itu, sebaiknya penamaan MSG jangan disesatkan dengan ‘natrium’. 

“MSG memiliki dua pertiga lebih sedikit dari natrium dibandingkan garam meja,” kata Amidor.

“Jadi, ini adalah bumbu yang bagus untuk digunakan jika Anda mencoba mengurangi natrium, terutama karena dapat meningkatkan kedalaman hidangan dengan menambahkan rasa umami,” tambah Amidor.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement