REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi telah memengaruhi hampir semua aspek kehidupan, mulai dari pakaian, makanan, hingga cara menghabiskan waktu. Namun, ada satu hal yang hampir tidak berubah, yakni emoji yang dikirim melalui layanan perpesanan.
Menurut data dari Unicode Consortium, sembilan dari 10 emoji yang paling banyak digunakan dari tahun 2019 juga masuk dalam 10 besar teratas tahun ini. Emoji air mata kegembiraan berada di peringkat nomor satu, disusul emoji hati berwarna merah di peringkat nomor dua. Meski begitu, kedua emoji tersebut dinilai tidak keren oleh gen Z.
"Saya pikir masuk akal jika Gen Z merasa emoji tertentu tidak keren. Ini adalah bagian dari pengalaman remaja dalam menciptakan subkultur di mana ada yang benar dan salah dalam berperilaku," kata Ketua Subkomite Unicode dan Direktur Kreatif Google, Jennifer Daniel.
Menurut Daniel, emoji bisa membantu menggambarkan perasaan seseorang. Misalnya, emoji air mata kegembiraan menggambarkan bagaimana seseorang merasa sangat bahagia hingga mengeluarkan air matanya.
Di sisi lain, Daniel juga mencatat spektrum tertawa yang diekspresikan melalui teks.
"Ada tawa ringan, tawa pengakuan yang merupakan penanda empati," jelas Daniel, seperti dilansir The Indian Express, Selasa (21/12).
Sebagian besar dari 10 emoji teratas dalam kumpulan data Unicode mencakup kompilasi dari berbagai platform dan aplikasi. Emoji itu pada dasarnya menunjukkan bahwa manusia memiliki beragam ekspresi dan perasaan yang sangat spesifik. Bahkan, pada awal pandemi, emoji mikroba, virus dan mahkota (dalam bahasa spanyol "corona" diterjemahkan menjadi “mahkota") banyak digunakan.
"Tapi Anda tidak perlu emoji Covid-19 atau emoji vaksinasi karena Anda memiliki jarum suntik dan plester, yang secara semantik menyampaikan hal yang sama," jelas Daniel.