Rabu 22 Dec 2021 06:05 WIB

Studi Norwegia Tunjukkan Penyebaran Omicron yang Cepat

Studi dari Norwegia menganalisis penyebaran Omicron secara besar-besaran.

Rep: Santi Sopia/ Red: Nora Azizah
Studi dari Norwegia menganalisis penyebaran Omicron secara besar-besaran (Foto: ilustrasi)
Foto: www.pixabay.com
Studi dari Norwegia menganalisis penyebaran Omicron secara besar-besaran (Foto: ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para peneliti terus berlomba menganalisa dampak varian omicron. Peristiwa penyebaran omicron di Norwegia juga sedikit banyak memberikan wawasan penting tentang karakteristik varian baru ini. Omicron dapat menembus kekebalan yang sudah ada pada tubuh manusia dari infeksi Covid-19 sebelumnya.

Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Eurosurveillance telah menganalisis peristiwa infeksi besar-besaran yang terjadi pada akhir November di sebuah pesta Natal di Norwegia. Ada total 117 orang yang menghadiri acara tersebut, termasuk kasus yang baru saja kembali dari perjalanan ke Afrika Selatan. Sebagian besar peserta divaksinasi dua dosis dan memiliki PCR negatif atau tes cepat yang dikonfirmasi dalam waktu dua hari setelah acara.

Baca Juga

Pada 13 Desember, 81 orang di acara tersebut dinyatakan positif SARS-CoV-2. Sebagian besar kasus tersebut mulai mengembangkan gejala dalam waktu tiga hari setelah kejadian. Itu menunjukkan omicron memiliki masa inkubasi rata-rata yang lebih cepat daripada varian sebelumnya.

Hanya satu dari kasus positif yang tidak menunjukkan gejala, dan merupakan karakteristik lain yang tidak biasa dari omicron. Gejala yang paling umum dilaporkan adalah batuk, dengan hidung tersumbat, kelelahan dan sakit tenggorokan.

Hingga 13 Desember, tidak ada kasus yang dikonfirmasi yang memerlukan rawat inap. Sekitar setengah dari kasus positif melaporkan sendiri gejala mereka sebagai tiga pada skala keparahan nol hingga lima.

Pernyataan awal dari Institut Kesehatan Masyarakat Norwegia (NIPH) mencatat usia rata-rata kohort adalah akhir 30-an, sehingga temuan ini tidak dapat memberikan wawasan tentang tingkat keparahan infeksi omicron yang lebih luas pada populasi yang lebih rentan atau lanjut usia. Kesimpulan utama dari analisis ini adalah seberapa menular dan mudahnya omicron dapat menginfeksi mereka yang memiliki dua dosis vaksin Covid-19.

Meskipun sebagian besar kasus tidak memiliki perjalanan penyakit yang parah saat ini, hampir semua gejala berkembang relatif cepat setelah pesta Natal. NIPH melaporkan itu dalam sebuah pernyataan baru-baru ini. 

“Para peserta masih muda dan divaksinasi lengkap dan biasanya tidak akan mengembangkan penyakit serius setelah infeksi SARS-CoV-2. Oleh karena itu sulit untuk mengomentari tingkat keparahan penyakit dengan varian ini berdasarkan hasil awal ini,” kata laporan, dilansir New Atlas, Rabu (22/12).

Alexandra Hogan, peneliti penyakit menular dari Imperial College London, mengatakan data yang muncul menegaskan pentingnya tiga dosis vaksin untuk melindungi terhadap penyebaran omicron. Meskipun akan membutuhkan beberapa waktu sebelum keparahan penyakit omicron dipahami, Hogan mengatakan jelas bahwa varian ini akan menyebar dengan cepat baik pada populasi yang tidak divaksinasi dan dua dosis yang divaksinasi selama beberapa minggu mendatang.

Sementara itu, penyebaran varian omicron yang cepat sangat mengkhawatirkan. Hogan mengatakan peningkatan substansial dalam infeksi dan kasus diperkirakan dalam beberapa pekan mendatang, baik di negara-negara dengan sirkulasi virus yang sedang berlangsung, dan negara-negara yang sebelumnya telah menekan penularan serta mencabut pembatasan.

Baca juga : Seorang Ibu di Tangerang Cairkan Langsung Saldo PKH Rp 20 Juta

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement